KOMPAS.com - Banyak kawasan di Afrika yang dilanda kekeringan dalam beberapa puluh tahun terakhir, sehingga menciptakan masalah kelaparan, kematian, dan kehilangan ternak. Namun di kawasan yang tidak mengalami masalah kekeringan pun, ratusan juta penduduk tidak terakses sanitasi dan air minum yang aman.
Kaum perempuan paling terpengaruh oleh kondisi ini, karena mereka lah yang harus menghabiskan berjam-jam untuk mencari air atau mencari fasilitas sanitasi, ketimbang sekolah atau bekerja. Sebanyak 297 perempuan dewasa dan anak-anak perempuan Afrika kekurangan akses sanitasi yang memadai dan aman, bahkan 107 juta di antara mereka tidak mampu ke toilet sama sekali.
Survei yang digelar oleh WaterAid untuk memeringati World Toilet Day pada 19 November 2012 mendapati bahwa tujuh dari 10 perempuan di pinggiran Sahara tidak punya akses ke toilet yang aman. Hal ini tidak hanya mengancam kesehatan mereka, tetapi juga membuat mereka malu, ketakutan, dan menjadi korban kekerasan.
Sebanyak satu dari lima perempuan menjadi korban pelecehan dan intimidasi secara verbal, atau pernah diancam atau diserang secara fisik karena mencoba menggunakan toilet.
"Tidak adanya tempat pribadi yang aman untuk ke toilet menempatkan mereka dalam posisi yang rentan, namun ketika mereka melakukan aktivitas pribadi itu di tempat terbuka mereka berisiko mengalami pelecehan," ungkap Barbara Frost, chief executive WaterAid. "Perempuan enggan membicarakan atau protes mengenai hal itu, tapi dunia tidak bisa terus mengabaikan hal ini."
Selain berpotensi mengalami pelecehan, masalah higienitas yang rendah juga memberikan efek yang serius pada kesehatan. Setiap hari, lebih dari 1.000 perempuan Afrika kehilangan anak karena penyakit diare yang berkepanjangan.
Sumber: Marie Claire
Editor :
Dini