KOMPAS.com - Memutuskan untuk memulai sebuah keluarga tidak seperti dulu lagi. Pada jaman dahulu orang banyak yang menikah muda, istri tinggal di rumah mengerjakan tugas domestik termasuk membesarkan anak, sementara ayah bekerja mencari nafkah. Hal tersebut tak bisa diaplikasikan mentah-mentah, terutama buat rumah tangga yang keduanya bekerja, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Berikut adalah 8 hal yang perlu didiskusikan dengan pasangan sebelum memutuskan memiliki anak.
1. Persalinan
Mungkin Anda berharap dapat melahirkan normal melalui proses alami. Akan tetapi, tak bisa menutup kemungkinan Anda harus bersiap - siap jika harus menghadapi persalinan yang perlu intervensi medis. Jangan lupa bicarakan juga dengan pasangan, siapa yang Anda inginkan untuk mendampingi proses kelahiran. Jika suami berhalangan siapa yang akan menggantikannya? Ibu Anda mungkin?
2. Jumlah anak
Ini bukan masalah sepele. Bagaimana jika Anda selalu bermimpi memiliki 3 anak-anak dan pasangan Anda tidak pernah menginginkan lebih dari satu atau sebaliknya? Bicarakan ini baik-baik sebelum memutuskannya.
3. Pembagian tugas pengasuhan
Ada hal-hal yang tak bisa digantikan dalam proses pengasuhan, seperti menyusui. Akan tetapi tugas seperti mengganti popok, menggendong, menemani anak, memberi makan, semua itu bisa dibagi. Jika gambar di kepala Anda menginginkan keterlibatan ayah dalam proses tumbuh kembang, bicarakan dari awal. Ini akan menghindari kekecewaan jika Anda merasa semua pekerjaan harus menjadi tanggung jawab Anda. Tak perlu ragu meminta bantuan pasangan, ini tak berarti Anda seorang ibu yang buruk. Seorang anak juga membutuhkan kedekatan dengan ayahnya. Hal yang menguntungkan bagi tumbuh kembang anak bila sejak dini ia dapat merasakan kedekatan dengan kedua orangtuanya.
4. Tantangan masa kehamilan serta pasca melahirkan
Tak semua kehamilan berjalan mulus. Ada bumil yang menjalani masa kehamilan tanpa kendala berarti. Namun ada juga yang harus menjalaninya dengan ekstra hati-hati. Belum lagi persiapan fisik dan emosi selama masa kelahiran. Bisa saja pengaruh hormon membuat Anda menjadi sangat sensitif.
5. Jenis kelamin anak
Mungkin saat ini sudah banyak keluarga yang beranggapan anak laki-laki dan perempuan sama saja yang penting sehat, Itu sangat baik. Tetapi tak dapat dipungkiri jika tetap ada kemungkinan preferensi terhadap jenis kelamin tertentu. Misalnya, Anda menginginkan anak perempuan, sementara sang suami menginginkan seorang putra. Tetap harus dibicarakan dengan begitu kedua belah pihak dapat menerimanya. Anda tidak benar-benar bisa memilih apa jenis kelamin bayi Anda. Jadi pastikan Anda dan pasangan akan mencintai dan menerima sang anak apa pun jenis kelaminnya.
6. Dukungan keluarga
Siapa yang akan membantu Anda setelah bayi lahir? Apakah Anda memiliki keluarga yang tinggal dekat atau bisa dengan segera datang untuk mengunjungi jika diperlukan? Apakah Anda berdua membutuhkan jasa pengasuh. Siapkan semua itu sebelum bayi lahir sehingga Anda berdua tak mengalami stres.
Sumber: Babble