KOMPAS.com - Metode gentle birth untuk persalinan dipercaya dapat menambah ketenangan dan kenyamanan calon ibu dan bayi, mengurangi trauma, dan memperlancar proses persalinan. Namun meraih kelahiran yang tenang dan damai pun perlu banyak persiapan. Proses menyiapkan diri itulah yang harus dilatih sejak dini. Maka dalam gentle birth, salah satu rangkaian yang umumnya dipersiapkan calon ibu adalah menjaga kestabilan diri dengan self-hypnosis.
"Hipnosis itu persiapan sebelum melahirkan untuk mencapai ketenangan saat persalinan. Itu akan membuat ibu rileks. Dan, relaksasi itu skill yang harus dilatih agar saat persalinan ia bisa melakukan hipnosis sendiri," papar Aviasti Pratiwi Andayani, SKed, Direktur Medis sekaligus hypnotherapist di Galenia Mom and Child Center Bandung. Mengingat hipnosis juga dapat digunakan ibu untuk meraih ketenangan saat kehamilan, maka menurut Aviasti, akan lebih baik jika hipnosis dipelajari calon ibu sedini mungkin.
Pada prinsipnya, hipnosis merupakan teknik untuk memasuki alam bawah sadar manusia dan menanamkan sugesti positif di dalamnya. Ada tiga tahap yang membangun hipnosis, yaitu relaksasi, repetisi, dan afirmasi. Pertama-tama ibu diajarkan untuk rileks, salah satunya dengan cara mengatur pernafasan. Ketika telah mencapai kondisi rileks, selanjutnya ia akan diberi afirmasi atau kalimat positif yang diucapkan berulang-ulang. Kalimat-kalimat positif itulah yang kemudian akan tertanam di alam bawah sadar dan menguatkan ibu saat persalinan.
Menurut dr Prima Progestian, SPOG, istilah gentle birth pertama kali timbul dari bidan-bidan di Amerika yang pada dasarnya memiliki arti serupa dengan home birth, "Jika dilihat secara teknik sebenarnya sama saja, karena gentle birth itu bukan mengacu pada teknik tertentu melainkan istilah lain dari melahirkan di rumah," katanya.
Jika penanganannya dikatakan lebih gentle, menurut Prima, bisa jadi karena tenaga kesehatan yang mempraktikkan gentle birth memperhatikan seluruh aspek dengan pendekatan psikososial. Sebagai contoh adalah keikutsertaan dalam memandikan ibu, memandikan plasenta, juga merawat bayi.
Lebih lanjut ia mengatakan, melahirkan di dalam air (water birth) memang membuat ibu rileks karena ia berada di air hangat. Namun, bukan berarti dapat menghilangkan rasa sakit. "Rasa sakit tetap ada karena, kan, ibu masuk ke air pada pembukaan tujuh. Jadi sebenarnya masih ada sakit hanya memang bisa membuat ibu rileks," tukas dokter yang berpraktik di Brawijaya Women and Children Hospital ini.
Selain itu, perlu pemantauan kondisi bayi dan ibu terlebih dahulu sebelum memutuskan persalinan dengan metode water birth. Pasalnya jika ada komplikasi seperti darah tinggi atau diabetes pada ibu, terjadi ketuban pecah, atau posisi kepala bayi yang sungsang atau melintang, metode persalinan ini akan berisiko. Maka dari itu, konsultasi ke tenaga kesehatan mengenai teknik persalinan yang akan dipilih sangat diperlukan sebelum mengambil keputusan tersebut.
"Sementara lotus birth itu artinya tidak memotong tali pusat dan menunggu hingga kering. Jadi yang biasa saya lakukan itu delayed cord clamping atau menunda pemotongan, biasanya baru dipotong setelah dua hingga tiga menit lahir," papar penulis Buku Panduan Ingin Hamil: Cara Menentukan Masa Subur ini.
Ia menambahkan, penundaan pemotongan dengan jangka waktu tersebut bertujuan untuk mengalirkan dua ratus hingga tiga ratus millimeter darah pada bayi. "Dengan begitu kadar HB dan feritin pada bayi akan lebih tinggi sehingga mengurangi risiko anemia," tukas Prima. Sementara bila pemotongan tali pusat ditunda terlalu lama, bayi justru akan kelebihan sel darah merah.
(Tabloid Nova/Annelis Brilian)
Baca juga:
Tak Semua Ibu Boleh Pilih "Home Birth"
Agar "Home Birth" Berlangsung Aman dan Lancar
Pilih Pendamping "Home Birth" yang Kompeten
"Gentle Birth", Menghadapi Persalinan dengan Tenang
Editor :
Dini