KOMPAS.com - Masalah kekurangan gizi di Indonesia yang menyebabkan berat badan anak kurang atau anak bertubuh pendek, saat ini sudah menunjukkan penurunan. Meskipun begitu, ada masalah lain yang mengancam masa depan anak Indonesia, yaitu anak yang mengalami kelebihan gizi. Problem kekurangan dan kelebihan gizi inilah yang disebut dengan masalah beban gizi ganda (double burden of nutrition) di Indonesia.
Data dari Riset Kesehatan Dasar menunjukkan, pada tahun 2007 jumlah anak yang mengalami kelebihan gizi jumlahnya 12,2 persen. Pada tahun 2010, angka ini meningkat menjadi 14 persen. Kelebihan gizi menimbulkan masalah anak yang kelebihan berat badan (overweight). Anak dengan kondisi overweight kemudian akan memiliki kecenderungan menjadi obesitas.
"Kalau masalah kelebihan gizi ini terjadi sampai balita, anak akan menjadi gemuk terus sampai dewasa, dan mempercepat terjadinya penyakit stroke, hipertensi, dan diabetes ketika dewasa. Akan sangat sulit untuk mengatasinya kalau hal ini terus terjadi, dan kita harus segera mengambil tindakan," papar Prof Dr Hardinsyah, MS, Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia, dalam media gathering bersama Nutricia di Restoran Seribu Rasa, Menteng, Jakarta, Selasa (12/2/2013).
Tiga penyakit tersebut, stroke (26,9 persen), hipertensi (11,3 persen), dan diabetes (10,2 persen), menjadi tiga penyakit tidak menular yang paling menyebabkan kematian di Indonesia. Oleh karena itu, perlu dilakukan perencanaan gizi sejak 1.000 hari pertama kehidupan anak, yaitu sejak terjadinya pembuahan pada sang ibu, kehamilan, menyusui, hingga anak berusia dua tahun.
"Ketika ibu hamil memiliki gizi yang baik, anak pun tidak akan mengalami kekurangan gizi. Yang perlu dilakukan adalah memberikan gizi yang seimbang, yaitu asupan gizi yang memenuhi kebutuhan gizi dan dapat mencegah kelebihan maupun kekurangan gizi," lanjut Prof Hardin.
Gizi terbaik bagi anak bisa didapatkan dari pemberian ASI. Namun apabila karena berbagai alasan si ibu tidak dapat melanjutkan pemberian ASI, anak perlu dicukupi kebutuhan gizinya dari sumber lain. Misalnya, makanan yang memenuhi standar gizi seimbang. Bila sumber ini pun belum dapat dipenuhi, ibu dapat menggantikannya dengan susu formula.
Pangan hewani seperti daging sapi, daging ayam, telur, ikan, dan susu merupakan sumber-sumber zat gizi mineral yang penyerapannya lebih cepat dan maksimal. Dalam kenyataannya, jenis pangan ini jarang dikonsums karena ibu bekerja umumnya begitu sibuk sehingga tak sempat memasak. Celah ini lalu diambil produsen susu formula yang memberikan susu dengan gizi yang sudah disesuaikan dengan standar gizi seimbang.
Sayangnya, banyak orangtua yang salah paham sehingga memberikan susu kental manis untuk anak. "Susu kental manis itu fungsinya sebenarnya hanya untuk menyedapkan makanan, karena isinya hanya gula," ujar Prof Hardin.
Intinya, bila Anda memiliki waktu untuk memasak, sajikan selalu makanan dengan gizi seimbang untuk anak. Jika tidak, Anda boleh memberinya susu formula.
Editor :
Dini