Kompas.com - Tren olahraga lari belakangan ini sedang melanda berbagai kota di dunia, bahkan di Indonesia. Selain murah dan bisa dilakukan di mana saja, olahraga lari juga melatih semua otot tubuh dan membakar banyak kalori. Tetapi tidak semua orang aman melakukan olahraga ini.
Mereka yang termasuk kegemukan atau pun obesitas tidak disarankan melakukan olahraga lari. Menurut instruktur kebugaran Ponnie dari Gold's Gym, berlari justru membuat lutut orang kegemukan lebih rentan cedera.
"Lari memang baik untuk menurunkan berat badan, tapi kalau masih kelebihan berat badan sebaiknya tidak lari dulu. Saat berlari lutut akan menopang hingga lima kali berat tubuh. Misalnya saja kalau orang tersebut memiliki bobot 100 kilogram, dengan berlari ia akan membebani lututnya 300-500 kilogram," paparnya di sela-sela pembukaan cabang Gold's Gym di Gadjah Mada Plaza, Selasa (26/3/2013).
Namun, bukan berarti orang dengan berat badan sekitar 100 kilogram tidak boleh berlari. Ponnie mengatakan, kelebihan berat badan bukan diukur berdasarkan berat badannya saja, tetapi juga melihat pada proporsi tubuhnya.
"Jika tubuhnya tinggi, berat badan 100 kilogram tidak berarti kelebihan berat badan, jadi boleh saja berlari," ujarnya.
Olahraga terbaik untuk oranghttp://202.146.5.105/kgeditor/index.cfm?siteno=23 yang berkelebihan berat badan, menurut Ponnie, adalah berjalan cepat, bersepeda, berenang, dan senam aerobik. "Dengan melakukan olahraga itu dengan rutin, berat badan sudah tidak terlalu berlebihan baru boleh berlari," pungkas manager program GGX Superstar ini.
Olahraga yang tidak tepat untuk orang yang obesitas juga bisa meningkatkan detak jantung dan tekanan darah. Selain itu kerap timbul sesak napas, pusing, nyeri dada, serta rasa sakit di bagian kaki setelah berolahraga. Untuk menjaga kebugaran, lakukan olahraga yang aman, misalkan jalan kaki atau angkat beban dengan jumlah beban tergolong ringan.