JAKARTA, KOMPAS.com - Jika dulu seringkali ditemukan kehamilan multipel pada kehamilan yang melalui proses bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF), namun kini hal tersebut dapat dicegah.
Dokter spesialis kandungan dan infertilitas dari Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda Jakarta Ivan R. Sini mengatakan, hamilan multipel kini dapat dicegah karena dokter hanya menanamkan satu embrio pada janin ibu sehingga tidak akan terjadi kehamilan multipel.
"Dulu dokter minimal menanamkan tiga embrio sekaligus ke dalam janin sehingga kemungkinan terjadinya kehamilan multipel cukup tinggi, namun seiring keberhasilan bayi tabung saat ini sudah semakin tinggi, maka kami hanya menanamkan satu embrio saja," papar Ivan di sela-sela acara peluncuran buku Bayi Tabung (Mempersiapkan Kehamilan - Menanti Kelahiran), Kamis (28/2/2013) kemarin di Jakarta.
Kehamilan multipel merupakan kehamilan dengan jumlah janin lebih dari dua. Kehamilan multipel sering dikaitkan dengan risiko bayi berat lahir rendah sehingga meningkatkan angka kematian bayi.
"Dulu kemungkinan kehamilan multipel dari metode bayi tabung mencapai 7 persen, sedangkan kehamilan kembar mencapai sekitar 20 persen. Dengan hanya menanamkan satu embrio saja di janin ibu, angka tersebut dapat diturunkan, namun angka keberhasilannya tetap," tutur Ivan yang juga merupakan CEO PT. Morula Indonesia.
Kemungkinan keberhasilan bayi tabung, kata Ivan, yaitu jika pasangan berusia di bawah 35 tahun yaitu dapat mencapai 45 hingga 50 persen, sedangkan bagi pasangan yang berusia di atas 40 tahun yaitu sekitar 20 hingga 25 persen.
Kendati demikian, jika pasangan suami-istri memang menginginkan kehamilan kembar ataupun multipel, dokter tetap menanamkan beberapa embrio di dalam janin. "Tentunya dokter melakukan metode bayi tabung, tergantung keinginan dari pasangan. Hanya saja, dokter juga menyarankan pasangan untuk memutuskan matang-matang keinginannya. Karena merawat satu anak saja sudah sulit, apalagi dua atau tiga sekaligus," canda Ivan.