KOMPAS.com - Berawal dari hobi dan kesukaan pada budaya peninggalan bersejarah, Terry Supit bersama tiga sahabatnya menelusuri perhiasan yang ada di seluruh daerah di Indonesia. Lewat Manjusha Nusantara dia mengenalkan perhiasan tradisional nusantara ke masyarakat luas.
Untuk merancang dan memproduksi replika perhiasan nusantara, Terry bersama tiga pendiri Manjusha lainnya (Ria Glenn, Yasmin Wirjawan, dan Ina Symonds) melakukan riset literatur maupun kunjungan ke museum-museum.
"Riset yang kita lakukan tidak hanya lewat studi literatur, tapi juga kunjungan langsung ke daerah, museumnya, dan sampai museum ke luar negeri juga," ujar Terry berkisah.
Salah satu museum yang banyak memberi informasi mengenai peninggalan bersejarah nusantara ada di Belanda. Di sana dia sempat takjub dan makin tertarik untuk terus menggali informasi.
"Kalau kunjungan ke daerah, biasanya juga langsung cari tahu ke orang atau penduduk setempat, dan museumnya. Makin banyak tahu makin tertarik," ungkap perempuan yang berlatar belakang arkeolog ini.
Dituturkan Terry, kebiasaan menyukai perhiasan sudah turun temurun dari ibunya yang juga suka mengkoleksi. Sampai saat ini, ia menemukan bahwa perhiasan setiap daerah unik. Dua di antaranya yang menonjol dari Sumatera Utara dan Nusa Tenggara Timur.
"Keduanya punya perhiasan yang bercerita, ada makna di setiap wujudnya," papar Terry.
Beberapa perhiasan itu dulu banyak digunakan untuk upacara adat. Filosofinya lebih dalam. Misalkan perhiasan yang dipakai raja-raja, dengan makna kepemimpinan dan sebagainya.
"Ada bentuk atau motif yang mewakili simbol kepemimpinan, dan ada juga simbol kesuburan," tambah dia.
Dengan banyaknya ragam perhiasan di nusantara, maka penentuan tema membantu untuk lebih fokus. Misalkan tema tahun ini koleksi dari Sriwijaya, yang meliputi daerah Jambi, Melayu, Sumatera Selatan, Palembang, hingga Lampung.
"Ciri khas mereka, berwarna emas dan lebih ramai dengan besar-besar atau bertumpuk," tuturnya.
Dari riset kemudian ditentukan mana yang akan dibikin replikanya. Terry biasanya berembuk dengan ketiga rekannya. Biasanya pemilihan disesuaikan dengan selera, atau apa yang sedang digemari masyarakat.
"Pertama karena kita mau kenalkan dulu, maka pilih yang simpel. Lalu modelnya kelihatan cantik," ujar Terry.
Proses pembuatan dilakukan pengrajin perhiasan di daerah dengan pengerjaan tangan minimal dua minggu lamanya. Bahan yang digunakan tembaga, perak, dan lapis emas.
"Makin ke sini, kami makin tertarik karena nusantara itu kaya sekali, dan kitalah yang perlu melestarikannya," tutup Terry.
Editor :
Dini