Kompas.com - Tim dokter di London, Inggris, berhasil menciptakan mesin untuk menjaga organ liver yang berasal dari pendonor tetap hidup, hangat, dan berfungsi di luar tubuh manusia. Dengan mesin tersebut liver dari pendonor tetap berada dalam kondisi baik untuk selanjutnya dicangkokkan ke tubuh pasien.
Keberhasilan yang pertama kali di dunia itu merupakan buah dari kerjasama tim dokter, insinyur, dan dokter bedah. Keberhasilan ini diharapkan bisa ditiru oleh rumah sakit di seluruh dunia dalam beberapa tahun mendatang sehingga harapan para pasien mendapat organ yang prima semakin besar.
Sejauh ini prosedur tersebut sudah dilakukan pada dua pasien di Inggris yang masuk dalam daftar tunggu untuk mendapat cangkok ginjal. Pasca operasi keduanya sudah mengalami pemulihan dengan baik.
"Sangat mencengangkan saat melihat liver yang awalnya dingin dan pucat berubah warnanya begitu dimasukkan dalam mesin khusus seperti halnya liver sedang berada dalam tubuh," kata Constantin Coussios, salah satu penemu mesin itu.
"Yang labih luar biasa adalah melihat liver tersebut dicangkokkan pada pasien yang sekarang sudah sehat," katanya.
Selama ini organ liver yang akan dipakai untuk tranplantasi disimpan dalam "es" sebagai upaya pendinginan dan memperlambat metabolisme. Selain itu metode itu juga dipakai untuk mencegah liver berfungsi seperti halnya di dalam tubuh.
Sistem tersebut telah dipakai selama beberapa dekade, namun seringkali menyebabkan liver rusak dan tidak sesuai dengan pasien yang membutuhkan.
Para dokter bedah mengatakan menyimpan liver dalam es lebih dari 14 jam sebenarnya beresiko, meski liver bisa bertahan sampai 20 jam.
Kebutuhan tinggi
Setiap tahunnya dilakukan 13.000 transplantasi hati di seluruh Eropa dan Amerika Serikat. Namun jika digabungkan dengan pasien yang masih dalam daftar tunggu, maka setiap tahunnya ada 30.000 pasien yang butuh liver baru.
Para ahli mengatakan separuh dari pasien tersebut meninggal saat masih menunggu. Pada saat yang sama, lebih dari 2000 liver tidak layak dipakai dan terpaksa dibuang karena rusak akibat kekurangan oksigen atau tidak bertahan dalam proses penyimpanan.
Dalam teknologi baru yang dikembangkan oleh Coussios bersama dengan Peter Friend, direktur Oxford Tranplant Center, liver disimpan dalam suhu tubuh dan "direndam" dalam sel darah merah yang mendapat oksigen agar tetap hidup.
"Ini adalah alat pertama yang secara lengkap memberikan suplai darah pada liver. Hasil studi klinis pertama memberikan bukti bahwa kita bisa menjaga liver di luar tubuh manusia, menjaganya tetap hidup dan berfungsi dalam mesin, lalu beberapa jam kemudian dicangkokkan ke tubuh pasien," kata Coussios.
Alat tersebut memungkinkan liver berfungsi dengan normal, seperti dalam tubuh manusia, dengan sirkulasi darah melewati pembuluh kapilr dan produksi empedu selama 24 jam atau lebih.
"Jika kita bisa mengenalkan teknologi ini dalam praktek sehari-hari, akan terjadi perubahan besar dalam metode pencangkokan organ," kata Nigel Heaton, direktur bedah tranplantasi yang menjadi bagian dari tim ini.
Pasien pertama yang mendapatkan cangkok liver ini adalah Ian Christie (62). Ia masih dalam masa pemulihan pasca operasi tetapi ia mengatakan kondisinya makin baik setiap harinya.
Christie merupakan pasien sirosis (kanker hati) dan divonis hanya bisa bertahan hidup sampai 18 bulan jika tak segera mendapat cangkok liver.
Tim dokter saat ini berencana melakukan percobaan terhadap 20 pasien transplantasi liver. Jika sukses, maka alat tersebut akan diajukan untuk diproduksi secara luas.