KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menegaskan kembali akan pentingnya seribu hari pertama dalam siklus kehidupan, yang akan dijadikan program prioritas utama pemerintah dalam pemenuhan Gizi Ibu dan Anak. Kepala Seksi Standardisasi Konsumsi Makanan Direktorat Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes Titin Hartini menyatakan, tanggung jawab untuk melaksanakan program tersebut bukan hanya tugas pemerintah semata, tetapi juga harus melibatkan masyarakat dan sektor swasta
"Kami akan bekerjasama dengan berbagai pihak untuk mensukseskan program ini sebagai upaya terpadu dalam mengatasi persoalan gizi ibu dan anak," ujar Titin dalam seminar Pentingnya Gizi dalam Menciptakan Generasi Berkualitas, di kantor Pusat Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Jakarta, Kamis (14/3/2013).
Diskusi yg dibuka oleh Sekjen PBNU KH Marsudi Suud ini diselenggarakan oleh Lembaga Bahtsul Masa'il PBNU yang juga menghadirkan Pakar Gizi IPB, Prof Hardinsyah, Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Badriyah Fayumi, Direktur Bina Ketahanan Remaja Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Indra Wardhana serta para ulama PBNU.
"Diskusi ini dimaksudkan untuk menambah pengetahuan para Ulama mengenai masalah gizi anak bangsa agar para ulama ikut menyebarkan kesadaran tentang pentingnya pemenuhan kebutuhan gizi anak," kata KH Zulfa Mustofa, Ketua Bahtsul Masa'il PBNU.
Pakar Gizi IPB, Profesor Hardinsyah menambahkan, upaya peningkatan gizi di awal kehidupan sangat penting karena masalah ini merupakan hulu dari beragam masalah kesehatan di kehidupan masyarakat.
"Jika masalah gizi di awal kehidupan teratasi, maka risiko dan biaya kesehatan di kemudian hari bisa jauh berkurang," ujar Hardinsyah yang juga Ketua Pergizi dan Pangan Indonesia ini memaparkan.
Titin menyatakan bahwa pemerintah menyadari pentingnya keterlibatan semua pihak dalam mengatasi masalah gizi ibu dan anak karena pemerintah tidak akan mampu melakukannya sendiri. "Inisiatif dalam mengatasi persoalan gizi bisa dilakukan melalui penyuluhan langsung atau edukasi masyarakat secara terus menerus," tambahnya.
Beberapa perusahaan swasta telah melakukan kegiatan sosial melalui edukasi gizi. Salah satu perusahaan swasta yang aktif dalam program edukasi gizi adalah Sarihusada melalui program 'Ayo Melek Gizi'. Program ini dilakukan melalui kerjasama dengan berbagai pihak termasuk IPB Bogor melalui Program Ayo Melek Gizi Connect(AMG Connect), PKPU (Ayo Melek Gizi Mobile), serta berbagai komunitas yang memiliki kepedulian yang sama. (*)