KOMPAS.com - Jelang peringatan Hari Kartini yang jatuh pada 21 April, beberapa organisasi sosial turut memberi penghargaan pada perempuan yang berjasa terhadap lingkungan sekitarnya. Begitu juga Wanita Indonesia Tanpa Tembakau (WITT), yang telah memilih tujuh calon penerima Kartini Award.
"Untuk tahun ini kita telah memilih tujuh orang dari berbagai kategori. Tadinya mau 10 tapi setelah disaring lagi jadinya kita dapati tujuh orang," kata Lieke Gunawan, Ketua Umum WITT, saat ditemui di restoran Makan Makan, jalan Wijaya, Kebayoran Baru, Jakarta, Senin (15/4/2013).
Penganugerahan Kartini Award didasari beberapa kriteria, di antaranya punya dedikasi tinggi dan telah memperjuangkan sesuatu di bidangnya cukup lama.
"Salah satunya Okke Hatta Rajasa, dia sangat aktif bergerak di kerajinan tenun dan tidak banyak yang tahu," ujarnya menambahkan.
Indira Kartini Sofwan, ketua panitia Kartini Award mengatakan, pemberian penghargaan berasal dari beragam kategori. Ada yang aktif di bidang pendidikan, olahraga, pariwisata, dan juga kepentingan umum. Penghargaan akan diberikan pada Senin (22/4/2013) di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta.
Tujuh tokoh peraih Kartini Award versi WITT adalah:
* Okke Hatta Rajasa, Ketua Cita Tenun Indonesia, yang mengelola dan berjasa mengenalkan tenun ke kancah internasional. Bersama CTI juga turut membantu perajin dan pengembangan tenun di Indonesia.
* Tri Mumpuni, seorang pemberdaya listrik di lebih dari 60 lokasi terpencil di Indonesia. Direktur Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan ini juga pernah memperoleh penghargaan Ashden Awards 2012. Dinilai aktif mengenalkan pembangkit listrik tenaga mikro hidro.
* Elvira Rosa Nasution, mantan atlet renang berprestasi yang sekarang bergerak di belakang layar. Aktif sebagai ketua persatuan pembinaan dan mengelola klub renang Elvira Swima Gemilang.
* Krisnina Maharani, atau Nina Akbar Tanjung, yang aktif di bidang sosial dan pariwisata, dan ketua Warna Warni Indonesia Foundation.
* Sri Rossyati dan Sri Irianingsih, guru kembar Sekolah Darurat Kartini, yang sejak tahun 1990 aktif mendirikan sekolah gratis untuk anak-anak jalanan dan tidak mampu.
* Harini Bambang Wahono, praktisi lingkungan hidup yang mengolah sampah rumah tangga menjadi kompos.
Editor :
Dini