KOMPAS.com - Untuk pertama kalinya, tim dokter Indonesia berhasil melakukan transplantasi ginjal pada pasien anak. Operasi cangkok ginjal dilakukan terhadap Cliff Yehezkeil Mambu (13) pasien asal kabupaten Pohowato Gorontalo Sulawesi Utara di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, pada 13 Maret lalu.
Menurut ketua tim operasi, Prof.DR.dr.Endang Susalit SpPD-KGH, pada konferensi pers di Jakarta pada Senin (15/4/2012), transplantasi ini sukses berkat kerjasama tim dokter dari bagian kesehatan anak, bedah, dan urologi.
Operasi cangkok ginjal sebetulnya bukanlah hal baru di RSCM. Pada 2012 saja, ada lebih dari 40 kasus transplantasi ginjal di rumah sakit pemerintah itu. Namun operasi tersebut ditujukan bagi dewasa.
Endang, yang menjabat Kepala Divisi Ginjal Hipertensi FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, yakin timnya mampu melakukan operasi transplantasi ginjal pada anak. Hal ini dikarenakan anatomi ginjal pada dewasa dan anak tidak jauh berbeda. Seringnya mengoperasi ginjal pada dewasa menjadi pengalaman yang sangat berharga.
Cliff merupakan pasien anak yang didiagnosis gagal ginjal pada 2010. Gagal ginjal menahun yang diderita lelaki kelahiran 24 Oktober 2000 ini sudah memasuki stadium lima.
"Pasien harus melakukan cuci darah (hemodialisis) atau transplantasi ginjal. Tranplantasi lebih menguntungkan, karena hemodialisis tidak mampu menggantikan fungsi ginjal," kata DPJP Transplantasi Ginjal Anak, Prof.Dr. Taralan Tambunan Sp.A (K).
Arry Rodjani SpU dari Departemen Urologi RSCM menambahkan, operasi cangkok berjalan sukses dan tidak menemui kendala berarti. "Tidak ada kendala selama operasi. Ginjal dewasa dan anak tidak jauh berbeda," katanya.
Perbedaan ginjal anak dan dewasa, lanjut Arry, hanya terdapat pada ukuran rongga ginjal. Pada anak, rongga tersebut lebih kecil sehingga mengakibatkan alternatif peletakan ginjal menjadi terbatas. Artinya, ginjal yang sudah ditanam tidak bisa diangkat lagi. Kondisi ini mensyaratkan peletakan ginjal tidak boleh gagal.
Keberhasilan tim dokter RSCM mengoperasi Cliff membuat putra sulung pasangan Serli Kartili dan James Mambu itu kini tampak lebih segar dan ceria. Kendati masih berbalut masker saat memasuki ruang konferensi pers, Cliff sibuk melayani berbagai pertanyaan awak media. Ia juga memutuskan jalan kaki memasuki ruang konferensi pers.
"Enggak sakit. enggak takut operasi," katanya saat ditanya bagaimana rasanya setelah operasi.
Cliff juga sangat senang dan bertekad kembali ke sekolah karena ginjalnya sudah sehat. Ia juga tidak keberatan kalau harus bolak balik kontrol Jakarta-Gorontalo. Semua demi mewujudkan cita-cita menjadi pengusaha seperti kedua orangtuanya.
Lebih baik negeri sendiri
Endang menyatakan, sukses transplantasi ginjal pada Cliff menjadi bukti bahwa mutu pelayanan medis Indonesia tak kalah dengan rumah sakit luar negeri. Selama pengobatan di RSCM, Cliff menghabiskan Rp 350 juta. Menurut Endang, harga tersebut jauh lebih murah dibanding harga operasi tranplantasi ginjal di tempat lain.
Sebelumnya Cliff sempat menjalani pengobatan selama 2 tahun di Penang Malaysia. Di negeri inilah Cliff didiagnosa gagal ginjal lengkap dengan hasil biopsi. Pengobatan tidak dilanjutkan karena letak yang jauh dan paspor habis. Hal tersebut mendorong Serli dan James mencari pengobatan di negeri sendiri. "Sebelumnya kami tidak ada masalah soal biaya. Namun kami kasihan kalau lihat Cliff sudah kambuh dan kami masih harus ke Malaysia," kata Serli.
Ia memaparkan, dirinya tidak memilih RSCM karena minimnya referensi. Hal ini ditambah ketidaktahuan Serli dan suaminya tentang dokter ahli yang akan menangani buah hatinya di rumah sakit nasional tersebut. "Apalagi bayangan kami RSCM penuh dan sumpek, karena merupakan rujukan nasional," kata Serli.
Namun hal tersebut berubah setelah menjalani pengobatan pertama di RSCM pada awal Maret 2013. Obat-obatan yang semula berjumlah 13 jenis , dikurangi menjadi 7 jenis. Awalnya, Cliff harus menelan 4 jenis obat penurun tekanan darah. Namun Prof. Taralan yang menangani Cliff, mengurangi hingga hanya 2 jenis saja. Hal tersebut didasarkan observasi dampak obat pada Cliff.
Bukan itu saja, Cliff juga diharuskan menjalani diet. Pola diet bergantung pada jenis protein yang ada pada air seni. Bila yang ditemukan protein, maka Cliff harus mengurangi asupan protein. "Hasilnya Cliff seperti anak yang tidak sakit. Dia sehat seperti anak lainnya," kata Serli.