Kompas.com - Marijuana atau ganja sebenarnya sudah sejak lama dipakai untuk mengobati penyakit. Namun dalam dunia kedokteran modern pemanfaatan ganja masih kontroversial. Meski begitu sebuah keluarga di Oregon, Amerika Serikat, menggunakan ganja untuk mengatasi autisme berat yang diderita anak mereka.
Adalah Jeremy Echols, ayah dari Alex, anak penyandang autisme berusia 11 tahun. Alex gemar menyakiti dirinya sendiri. Saat berusia 5 tahun, ia telah menunjukkan gejala autisme berat, antara lain membenturkan wajahnya ke tembok hingga memar.
Namun keadaan ini berubah semenjak Jeremy memberikan program pengobatan dengan menggunakan ganja pada Alex. Terjadi perubahan dramatis pada perilaku Alex.
"Dia pernah memukuli dirinya sendiri hingga berdarah-darah dalam jangka waktu satu jam atau satu setengah jam. Seharusnya dia dapat bermain normal dengan mainan, namun saat itu sangat tidak mungkin," ujar Jeremy.
Jeremy kemudian mulai memberikan obat ganja cair tiga kali seminggu pada Alex.
American Academy of Pediatrics melarang pengunaan ganja pada anak-anak sekalipun sebagai obat. Hal tersebut dikarenakan ganja bersifat racun untuk perkembangan otak anak. Selain itu, belum diketahui efek samping dari penggunaan ganja dalam waktu lama.
Kendati demikian, bagi keluarga Echols, manfaat yang didapatkan dari pengobatan ganja lebih besar daripada efek sampingnya.
"Bagi kami, efek samping obat yang belum diketahui tersebut mungkin bukan apa-apa dibanding dengan perilaku menyakiti dirinya sendiri," ujar Jeremy.