Kompas.com - Tenaga kesehatan yang langsung turun ke tengah masyarakat seperti bidan sebenarnya bisa menjadi ujung tombak untuk membantu menurunkan angka kematian ibu (AKI). Angka kematian ibu melahirkan pada 2007 mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah itu harus diturunkan menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada 2015 sesuai target MDGs.
Sekretaris Asosiasi Pendidikan Kebidanan Indonesia (AIPKIND) Yetty Irawan mengatakan, di desa-desa, bidan masih menjadi andalan untuk memberikan pelayanan medis sekaligus penyuluhan pencegahan penyakit. Peran bidan antara lain membantu merencanakan kehamilan sehat, mendampingi calon ibu selama masa kehamilan, proses kelahiran, dan pasca-kelahiran.
"Jika ibu mendapat pelayanan kesehatan yang baik, khususnya dari bidan, maka angka kematian ibu bisa ditekan," ujarnya dalam konferensi pers Kongres I AIPKIND: Peningkatan Kompetensi Bidan untuk Mengatasi Disparitas Status Kesehatan Masyarakat Jumat (12/4/2013) di Jakarta. Upaya peningkatan kompetensi bidan melalui pelatihan didukung oleh DKT Indonesia, sebuah lembaga nonprofit yang bergerak di bidang pencegahan HIV/AIDS dan program keluarga berencana.
Meski peran bidan makin strategis tetapi penyebarannya belum cukup merata. Hal itu antara lain karena masih banyak desa yang sangat sulit dijangkau karena prasarana yang buruk.
"Sebaiknya ada kesepakatan antara pemerintah pusat dan daerah terkait prasarana. Agar akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan juga lebih mudah," tandas Yetty.
Yetty menambahkan, idealnya dalam satu desa yang berpenduduk sekitar 5000 orang terdapat satu bidan. Rasio 1:5000 dinilai Yetty cukup optimal bagi bidan untuk menjalankan perannya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur DKT Indonesia Todd Callahan mengatakan, AKI bukanlah sekedar angka, tapi maknanya sangat dalam. "Peran ibu sangat besar di sebuah keluarga. Jika ibu tidak ada, besar kemungkinan kesejahteraan keluarga akan berkurang," tandas Todd.