MAKASSAR, KOMPAS.com - Philips Indonesia mengharapkan peralatan medis canggih seperti alat-alat diagnostik atau alat bedah non-invasif dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat di tanah air. Meskipun penggunaan peralatan medis membutuhkan biaya yang relatif mahal, namun bukan berarti fasilitas ini tidak dapat dijangkau semua kalangan. Melalui upaya sinergi dan kerjasama antara pemerintah dan swasta, fasilitas medis canggih dapat dinikmati oleh lebih banyak lagi pasien di Indonesia, bukan hanya sekedar dari kalangan mampu.
Demikian diungkapkan Robert Fletcher, Presiden Direktur Philips Indonesia, dalam bincang-bincang dengan Kompas.com sela-sela acara peresmian kantor perwakilan Philips Indonesia di Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (26/4/2013).
Fletcher mengakui, alat-alat medis berteknologi tinggi saat ini masih sangat terbatas dan mahal, sehingga sebagian besar hanya dimiliki oleh rumah sakit swasta di Indonesia. Tetapi bukan tidak mungkin rumah sakit daerah pun dapat memilikinya, apabila dijalin kemitraan yang baik antara pihak pemerintah dan swsata.
"Karena perkembangan teknologi, pada banyak kasus, alat medis memang menjadi mahal. Tetapi berkat teknologi ini, ada banyak orang yang dapat merasakan manfaat dan efektivitasnya. Kami siap untuk duduk bersama dan berdiskusi mengenai bagaimana kita dapat mencari cara untuk menyediakan alat-alat ini," kata Fletcher.
Fletcher menegaskan, pihaknya membuka kesempatan luas bagi ketersediaan peralatan medis canggih di rumah-rumah sakit milik pemerintah. Hal ini untuk menjawab usulan dari Direktur Rumah Sakit dr Wahidin Sudirohusodo Makassar, Prof dr Abdul Kadir. Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Sulawesi Selatan itu mengharapkan dibukanya akses yang lebih luas bagi masyarakat khususnya kota Makassar terhadap peralatan medis dan mengusulkan adanya sistem pembiayaan serta penyediaan alat medis yang menguntungkan semua pihak.
"Intinya, kami siap untuk bersama-sama mencari solusi bagaimana agar lebih banyak lagi masyarakat yang dapat menikmati fasilitas pelayanan kesehatan kelas dunia," papar Fletcher.
Penyediaan alat kesehatan, lanjutnya, menjadi salah satu bagian penting dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. Diakui Fletcher, infrastruktur masih menjadi kendala besar dalam sistem pelayanan kesehatan.
"Tidak cukup tersedia dokter, klinik atau rumah sakit dan alat medis untuk melayani seluruh masyarakat. Mungkin butuh perjalanan panjang untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang ideal bagi seluruh rakyat. Butuh waktu mungkin 25 bahkan 50 tahun lagi untuk mengejar standar pelayanan kesehatan yang benar-benar setara dengan kualitas global," tuturnya.
Tetapi kabar baiknya, kata Fletcher, semua pihak mulai menyadari perlunya perhatian lebih serius pada masalah ini. Pemerintah dan swasta kini telah banyak bekerja sama dalam upaya mewujudkan pelayanan kesehatan. "Saya percaya, upaya kerjasama ini akan mampu menyediakan akses pelayanan kesehatan yang lebih banyak bagi seluruh masyarakat," ujarnya.
Pelatihan teknis
Di kota Makassar, PT Philips Indonesia membuka kantor perwakilan yang juga sekaligus akan menjadi pusat layanan teknis dan kegiatan pelatihan alat medis. Philips akan menyelenggarakan pelatihan teknis pemeriksaan diagnostik (imaging system) bagi para radiolog di Makassar dan sekitarnya dalam tiga bulan ke depan.
Untuk tahap awal, Philip telah menjalin kerja sama dengan Akademik Teknik Rontgen Muhammadiyah. Melalui program ini, diharapkan akan lebih banyak tenaga teknis terlatih dalam menggunakan alat-alat diagnostik berteknologi tinggi seperti Computed Tomography (CT) Scan atau Magnetic Resonance Imaging (MRI), khususnya di Makassar.