KOMPAS.com - Sebanyak 49,5 persen usia anak dan praremaja Indonesia diperkirakan mengalami dehidrasi ringan. Hal ini berarti , satu dari duna anak usia 10-19 tahun di Indonesia mengalami kekurangan cairan. Namun demikian, masalah dehidrasi ini kerap tak disadari oleh para orangtua maupun anak itu sendiri.
Menurut Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, gejala dehidrasi pada anak sebaiknya dikenali dan diwaspadai. Dalam tahap ringan, dehidrasi dapat memengaruhi secara langsung terhadap daya tangkap dan konsentrasi anak. Bila sudahd alam tahap berat, dehidrasi bisa sangat fatal dan berbahaya.
"Kekurangan cairan berefek langsung pada kemampuan konsentrasi anak. Walaupun masih kecil, kebutuhan air anak sama dengan orang dewasa," kata Hardinsyah, Sabtu (27/4/2013) di Jakarta.
Tanda atau gejala anak mengalami kekurangan cairan, papar Hardinsyah, antara lain sakit kepala yang dilanjutkan meningkatnya suhu tubuh. Apabila kekurangan cairan terus berlanjut, stamina dan konsentrasi anak terus menurun, dan berujung pada hilangnya kesadaran.
Warna urine anak juga semakin gelap sebanding dengan parahnya dehidrasi. Dari tanda tersebut, peningkatan suhu tubuh paling sering ditemukan. Hal ini dikarenakan anak tidak memiliki kapasitas pembuangan air sebanyak orang dewasa.
"Luas permukaan tubuh orang dewasa lebih besar daripada anak. Sehingga tanda dehidrasi pada anak lebih mudah ditemukan dengan adanya peningkatan suhu tubuh," kata Hardinsyah.
Ketika suhu tubuh mulai naik, orangtua harus mengecek dan memastikan kecukupan cairan yang diterima anak. Kebutuhan cairan untuk anak per hari adalah 1,9 sampai 2,2 liter. Namun angka ini berubah sesuai cuaca dan aktivitas anak. Cuaca dan aktivitas yang tinggi memungkinkan kebutuhan cairan anak bertambah.
Hardinsyah juga menyarankan para orang tua untuk memenuhi kecukupan cairan anak setiap hari. Sekalipun tidak haus atau cuaca dan aktivitas sedang rendah, jumlah cairan minimal setara 1,9 liter harus diterima tubuh anak. "Istilahnya minum sebelum haus. Sebab, ketika haus tubuh sudah kehilangan satu persen cairan," kata Hardinsyah.
Ia juga menambahkan sekitar 1/5 cairan dibentuk dalam tubuh melalui proses metabolisme. Pencegahan dehidrasi perlu dilakukan dengan membiasakan minum air secara teratur setiap harinya. Cairan apapun, menurut Hardinsyah, bisa dikonsumsi asal bebas bahan pengawet, zat kimia berbahaya, dan tidak beracun.
Hardinsyah bilang, apabila cairan tersebut bernutrisi tentu lebih baik bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Minum susu cair misalnya, dapat menjadi salah satu alternatif bagi pemenuhan cairan bagi anak-anak. Konsumsi susu dengan kandungan protein, mineral, dan vitamin tidak hanya dapat mengatasi dehidrasi, tetapi membantu mencukupi kebutuhan nutrisi anak.