KOMPAS.com - Matahari siang memanggang tepian kolam renang sebuah hotel di tepi pantai, Jakarta Utara. Di bawah teduh pohon kemboja, tangan Aiko Sarwosri Isra (24) yang berkuku mengilap terawat, memainkan sebilah pisau besar di atas jamur. Sementara itu, udang dan saus dalam dua penggorengan meletup-letup terbakar di atas kompor gas. Pluung... giliran jamur bergabung dengan saus dalam kuali.
Tak ada celemek yang biasa dikenakan ketika memasak di dapur. Aiko berbalut gaun pendek ketat hijau toska tanpa lengan.
Nah, udang dalam wajan sudah masak. Aiko menuang udang ke atas piring, disusul cairan saus. Udang kemerahan tersapu lelehan saus jingga.
"Wow... lihat, sungguh menggoda, ya, pemirsa," ujar Aiko sambil mengangkat piring ke kamera, lalu tersenyum tak kalah menggoda. "Saksikan terus, ya, dapur Warna," ujarnya lalu meniupkan kecupan jauh bagi para penonton, muaahh....
Tuntutan pekerjaan
"Hari ini, syuting tiga menu. Bakal seharian di sini," ujarnya seusai menyajikan udang goreng tepung bumbu tom yam dan menu kedua, ayam suwir berbumbu kuning dalam wadah buah nanas. Rasa gurih bumbu yang terperangkap suwiran ayam menyentil lidah yang sempat mencicipinya.
"Jeda sebelum menu ketiga lumayan lama, bisa istirahat," ujar Aiko. Dia baru saja menyantap ludes ayam suwir dan nasi putih. Padahal, sudah jauh lewat jam makan siang.
Saat ini, Aiko disibukkan program masak di layar kaca. Di dunia ini memang tak hanya makanan yang terlihat menggiurkan. Koki pun tampil cantik. Aiko yang tomboi lalu beralih kemayu, jauh dari didikan keras ayahnya yang seorang tentara Angkatan Laut.
"Dulu, aku tidak mau sama sekali lho dipakaikan bulu mata palsu. Ih... apaan tuh ulat bulu, ha-ha-ha," ujarnya mengingat masa awal membawakan acara. "Tapi, karena tuntutan, biar di kamera kelihatan bagus, ya, pasrah saja. Mata sampai merah seperti habis menangis gara-gara bulu mata itu," katanya.
Kejadian memalukan bagi Aiko adalah ketika dia terlupa menyapu matanya yang gatal oleh bulu mata palsu itu tepat sehabis mengulek sambal. Sebelah matanya merah membengkak. Pengambilan gambar sempat dihentikan.
Aiko sadar memasak untuk ditonton banyak orang. "Pekerjaan menuntut saya berubah," ujar perempuan yang kini lihai menggunakan bulu mata palsu dan pandai melangkah dengan sepatu hak tinggi itu.
Perempuan berdarah campuran Jepang-Solo itu tak keberatan dengan citra cantik dan seksi yang lebih melekat pada dirinya. Dia diam-diam bersyukur dibilang seksi walaupun bagi Aiko seksi itu tidak harus dengan berpakaian terbuka, tetapi dilihat dari cara bicara, berpikir, dan berkelakuan. "Tanpa berpakaian terbuka, orang yang seksi, ya, tetap seksi," ujarnya.
Demi program memasak yang penonton terbesarnya ialah para ibu, Aiko berupaya menjaga citra agar tetap dicintai. Dia rajin mengecek jejaring sosial, mengintip pendapat warga dunia maya tentang acara masak yang ia pandu. Setiap kali ada yang bertanya resep atau tips makanan, Aiko rajin menjawab dengan kicauan di media sosial.
Dipaksa mandiri
Dapur sesungguhnya bukan ruang asing bagi perempuan asal Solo itu. Aiko hobi memasak sejak kecil. Kata Aiko, sang ibu, Titiek Dyah Sarwosri (alm), mengajarinya memasak. "Sampai sekarang, aku masih sering masak sambal goreng krecek, ayam bumbu rujak, dan sambal tumpang yang diajari mama," ujarnya.
Aiko ditinggal ibu yang sakit ketika dirinya masih duduk di bangku kelas II SMA. Enam bulan kemudian, ayah Aiko, Eye Warja Isra, juga berpulang. Ia "dipaksa" mandiri, termasuk memasak tentu saja.
Namun, bukan soal kuliner yang pertama kali membawa Aiko ke rimba layar kaca. Satu tahun lebih setelah kedua orangtuanya berpulang, Aiko yang menekuni modeling sejak SD itu hijrah dari Medan (tempat ayahnya terakhir bertugas) ke Jakarta. Di Ibu Kota, Aiko kembali menjajal modeling, bermain film, iklan, hingga membuat album lagu sambil menempuh pendidikan diploma satu bidang kehumasan.
Aiko sempat menjadi salah satu pemeran dalam film Pulau Hantu 3 karya sutradara Jose Poernomo. Selain itu, dia juga tampil sebagai bintang di beberapa film televisi. Pernah pula ia mencoba dapur rekaman bersama grup Wonder Woman walau hanya setahun bertahan.
"Bermain film dan menyanyi tidak lama, belum enjoy benar. Saat main film, misalnya, aku sulit membangun suasana hati, apalagi kalau harus menangis. Aku tidak bisa menangis di depan orang. Kalau memasak, bisa riang," katanya senang.
Begitu menyentuh titik jenuh, Aiko kembali kepada kegemarannya: memasak. Dia memutuskan belajar masak di Jakarta Culinary Center selama satu tahun. Seminggu tiga kali selama empat hingga lima jam setiap pertemuan.
"Semula, aku ingin jadi chef profesional. Tiba-tiba ada tawaran casting untuk memandu acara memasak di televisi swasta, Dapur Cantik, awal 2011. Jadilah, ikut casting. Ternyata diterima," ujarnya.
Lantaran hobi, Aiko mengaku tak berat menjalani pekerjaan itu walaupun sering kali mesti menyiapkan tiga hingga empat sajian untuk sekali syuting kejar tayang.
Cinta masakan Nusantara
Sebagai pemandu acara memasak, Aiko memikirkan dan memilih hidangan yang akan didemonstrasikan kepada pemirsa bersama produser. "Tak cuma rasa yang jadi pertimbangan, penampakan makanan juga penting. Aku pernah kangen ingin menampilkan sambal goreng krecek yang sering dibuat keluargaku, tapi aduh..., penampilannya agak blenyek. Rasanya, sih, enak," ujarnya.
Dia banyak jalan-jalan dan makan di sejumlah tempat demi mengail ilham. "Kalau disajikan makanan, aku langsung berpikir apalagi, ya, yang bisa dibikin beda, ha-ha-ha."
Aiko pilih memasak sajian Asia, terutama kuliner Nusantara. Dia berpijak dari luar biasanya kekayaan rempah Nusantara. "Kita bisa menjelajahi kekayaan rempah itu dan mewujudkannya dalam makanan. Indonesia dijajah karena rempahnya," ujar Aiko bersemangat.
Sebagai orang yang lahir di Indonesia, lidah Aiko kadung terbiasa dengan cita rasa makanan Nusantara, sulit berpindah ke lain hati. Itulah jejak masakan sebagai sebuah tradisi. Jangankan beda negara, kata Aiko, lain rumah pun memiliki gaya memasak berbeda sekalipun mengolah bahan sama.
Di antara ribuan masakan Nusantara, Aiko mengaku paling tak bisa lepas dari sambal saat makan. Dulu saat tampil dalam acara Dapoer Cobek, perempuan berkulit putih itu sering beraksi mengulek sambal. Tangannya lincah menggoyang ulekan, menggilas cabai, bawang, dan garam di atas cobek batu dengan segenap tenaga.
Cokelat Aiko
Apa jenis makanan yang bagi Aiko seksi? Jawabannya, cokelat dan makanan laut.
"Cokelat itu... Kita bisa bermain dengan cokelat. Maksudnya, cokelat tidak hanya bisa dijadikan satu jenis masakan, tetapi juga bisa untuk berbagai resep. Malah ada di daerah Perancis sana, cokelat dijadikan saus steak," kata Aiko.
Aiko lebih menyukai cokelat hitam polos (dark chocolate) walau tak terlalu sering mengonsumsinya. "Kandungan gula dan lemak cokelat hitam lebih sedikit," katanya.
Tak hanya menggoda indera perasa, makanan juga sanggup memuaskan indera penglihatan. Bahan makanan dari hewan laut, seperti udang, lobster, dan kepiting, begitu keluar dari kuali panas, berubah warna dari kehitaman menjadi merah indah.
"Makanan yang dimasak dengan benar tak hanya lezat, tapi juga seksi, kan," ujar Aiko.
(Indira Permanasari)
Sumber: Kompas Cetak
Editor :
Dini