Kompas.com - Upaya terbaru untuk menemukan vaksin untuk mencegah HIV dimulai di laboratorium di rumah sakit London, Inggris, serta dua pusat riset di Afrika. Para ilmuwan merekrut 64 orang dewasa sehat dalam penelitian yang diharapkan selesai dalam dua tahun.
Percobaan awal vaksin ini dilakukan oleh International AIDS Vaccine Initiative (IAVI), sebuah organisasi nonprofit. Penelitian akan dibagi dua antara di London, ibu kota Rwanda, Kigali, serta Nairobi di Kenya. Afrika merupakan benua dengan epidemi HIV tertinggi.
Virus HIV sudah ditemukan sejak 30 tahun lalu tetapi penelitian untuk menemukan vaksinnya sejauh ini belum ada yang memuaskan. Penelitian yang dilakukan tim dari Amerika Serikat di Thailand pada tahun 2009 menemukan kombinasi dua vaksin prototipe 30 persen efektif mencegah infeksi HIV. Penelitian lanjutan sedang disiapkan untuk meningkatkan hasil tersebut.
Dalam ujicoba yang dilakukan tim dari IAVI, para relawan yang bebas dari HIV dan tidak beresiko tertular infeksi itu akan mendapatkan kombinasi dari dua vaksin. Salah satunya diambil dari virus penyebab penyakit mirip flu yang menginfeksi tikus. Vaksin ini diberikan lewat obat tetes di hidung sehingga tak dibutuhkan jarum suntik.
"Saya percaya kita memiliki vaksin yang efektif karena data ilmiah mendukung hal tersebut. Kita akan sampai ke sana, tetapi perkembangan vaksin memang butuh waktu," kata Dr.Jill Gilmour, ketua penelitian ini.
Ia mencontohkan vaksin polio yang baru ditemukan 45 tahun setelah virusnya dikenali.
"HIV adalah lawan yang tangguh dan licik. Ia selalu berubah setiap kali terbagi sehingga variabelnya banyak. Virus ini juga bisa bergabung dengan sel kita sendiri sehingga sistem imun tubuh tidak mengenalinya," katanya.
Nantinya, jika vaksin yang diujicoba ini memberikan respon imun yang kuat, akan segera dilakukan pengujian berskala besar untuk melihat apakah vaksin efektif dalam mengurangi penularan atau menurunkan jumlah virus.
"Virus yang dipakai sudah dimodifikasi dari virus yang menulari hewan pengerat. Dari perspektif kami, ini adalah bonus karena virus itu sudah tinggal dalam lingkungan manusia tanpa menyebabkan gangguan," katanya.
Laboratorium IAVI di Chelsea dan Westminster Inggris, sudah menangani lebih dari 100.000 contoh darah setiap tahunnya dan membantu lebih dari 20 ujicoba vaksin.