KOMPAS.com - Sebagai kelanjutan program peningkatan kualitas dan kreativitas desainer lokal, Jakarta Fashion Week 2013 (JFW) meluncurkan sebuah proyek barunya bersama British Council, yaitu fashion film. Fashion film sebenarnya bukan hal baru dalam fashion dunia, namun masih terbilang baru untuk dunia fashion lokal.
Untuk mempelajari elemen baru di industri mode lokal ini, JFW dan British Council menggelar workshop "Fashion Film Project: Dressing The Screen" yang digelar selama tiga hari (14-19 Juni 2013).
"Fashion film ini bertujuan untuk membantu desainer bisa promosi ke tingkat internasional. Dan melalui fashion film ini, desainer Indonesia bisa lebih mengeksplor dan menonjolkan kreativitas dengan cara yang modern," ungkap Keith Davies, Country Director British Council, saat konferensi pers "Fashion Film: Dressing the Screen" di Dia.Lo.Gue Artspace, Kemang, Jakarta Selatan, Rabu (19//6/2013).
Untuk berbagi pengalaman dan menjelaskan lebih lanjut tentang fashion film ini, JFW dan British Council mendatangkan tiga praktisi pembuat film mode dari Inggris, yaitu Kathryn Ferguson, Marie Schuller, dan Carri Munden.
Fashion film atau film mode ini dianggap sebagai suatu media baru bagi para desainer dalam mengomunikasikan fashion di era digital. Film mode ini merupakan format yang berkembang dari kompilasi dokumentasi style atau lini busana, film dengan konsep suasana hati (conceptual mood film), video yang terinspirasi oleh video dengan format musik, sampai film pendek naratif.
"Film mode ini bisa disamakan dengan video klip dari seorang penyanyi. Mulai dari isi cerita, metode pengambilan gambar, sampai durasinya pun nyaris sama. Namun film mode ini lebih menggambarkan konsep dari sebuah brand busana, fashion show, behind the scene pembuatan sebuah baju, sehingga tak cuma hasil koleksinya saja," jelas Kathryn Ferguson.
Kathryn juga menambahkan bahwa fashion film ini pada akhirnya bertujuan sebagai iklan produk secara tak langsung (soft selling) ke seluruh dunia. Setelah selesai dibuat, film-film ini bisa diunggah berbagai sosial media ataupun Youtube sehingga bisa dilihat di seluruh dunia.
"Kemajuan teknologi sudah semakin pesat. Cara promosi tradisional sudah banyak ditinggalkan, sehingga di sinilah peran kreatif desainer dan juga pembuat film sangat dituntut untuk bisa promosi dengan cara baru dan segar," katanya.
Toton Januar, salah satu desainer yang mengikuti workshop ini, mengakui bahwa ia mendapatkan banyak pengalaman dan pengetahuan tentang cara branding label busana dan promosi label yang lebih efektif.
"Yang terpenting adalah bagaimana cara mengomunikasikan label dalam video yang tepat kepada masyarakat. Karena kalau salah cara penyampaiannya, maka image brand juga berbeda," jelasnya.
Dipamerkan pertama di JFW
Sebagai bagian dari program kemitraannya, JFW juga menggandeng beberapa desainer lokal untuk menjadi yang pertama mencoba tren baru ini. Selain mengikuti pelatihan pembuatan film, desainer-desainer ini juga diajak langsung membuat film mereka sendiri.
Desainer terpilih adalah yang mengikuti program Fashion Forward. Namun karena kesibukan masing-masing, hanya ada tujuh desainer yang ikut membuat filmnya. Mereka diminta untuk membentuk tim film mode masing-masing (3-4 orang) yang terdiri atas sutradara, model, penata make-up dan rambut, atau penata gaya.
Mereka adalah Yosafat Dwi Kurniawan dan Myra Suraryo (videografer), Albert Yanuar dan William Chandra (videografer), Eridani dan Adriano Rudiman (videografer), Toton Januar, Hariyo Balitar, dan Melissa Hamid (videografer), Jeffry Tan, Jacky Suharto (videografer) dan Shinta Handamari (stylist).
Kemudian desainer Vinora Ng bekerjasama dengan Dhika Muslich (assistant director), Jovina Ng (production manager), Karina Nurunnisa dan Musthofa Walker (videografer dan editor), Novita Yunus (desainer Batik Chic) bekerjasama dengan Rendy Surindapati (videografer).
"Nantinya semua film buatan desainer dan videografernya akan diputar di JFW 2013 yang berlangsung di Senayan City pada tanggal 19-25 Oktober mendatang. Pemutaran film ini akan memperkaya kegiatan dan pengalaman baru di JFW," jelas Lenni Tedja, Direktur JFW.
Editor :
Dini