KOMPAS.com - Anak batita perlu belajar menghibur orang yang sedang bersedih, menolang orang yang sedang berduka. Ia perlu belajar empati. Seperti yang dijelaskan Shari Young Kuchenbecker, PhD dari Chapman University, Orange, California, Amerika Serikat, empati akan mencegah seseorang berperilaku buruk yang dapat melukai orang lain.
Anak yang memiliki empati tinggi akan selalu memelihara sikap dan kata-katanya, mudah menolong, dan tidak berbuat semena-mena kepada orang lain dan semua makhluk hidup.
Mengasah empati merupakan salah satu tugas orangtua. Mengenalkan kecerdasan emosional pada batita memang memberikan tantangan tersendiri. Jangankan diminta memahami perasaan orang lain, memahami perasaannya sendiri saja kadang si batita belum mampu. Namun justru sifat batita yang masih egois dan menjadikan dirinya sebagai pusat segalanya, inilah yang membuat mengajarkan nilai empati menjadi penting, karena dari situ si kecil akan dapat melihat dunia lain selain dunianya sendiri.
Pengajaran empati paling efektif saat anak berumur 1-3 tahun. Pemahaman reseptif (kemampuan untuk mengenal dan bereaksi terhadap seseorang/kejadian/lingkungan) anak batita mulai berjalan karena kemampuannya dalam mengeksplorasi, observasi, untuk kemudian meniru sedang berkembang. Jadi inilah saat yang paling tepat mengajari anak mengenal nilai-nilai empati.
(Tabloid Nakita/Irfan Hasuki)
Editor :
wawa