KOMPAS.com - Dibandingkan karyawan yang tidak merokok, pekerja yang rutin menghisap asap tembakau akan memberi beban lebih besar bagi perusahaan di mana mereka bekerja. Pihak perusahaan cenderung akan mengeluarkan biaya kesehatan yang lebih besar untuk karyawannya yang hobi merokok ketimbang biaya untuk pekerja yang tidak merokok.
Dalam sebuah penelitian di Amerika Serikat, diperkirakan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk karyawan perokok mencapai 6.000 dollar AS setiap tahunnya.
"Karyawan yang merokok berdampak langsung pada pengeluaran perusahaan swasta," kata Micah Berman dari College of Public Health & Moritz College of Law dari Ohio State University.
Dalam risetnya, tim peneliti melakukan analisa beberapa studi sebelumnya untuk memperkirakan pengeluaran kesehatan. Yang diperhitungkan antara lain jumlah absensi, berkurangnya produktivitas, biaya kesehatan, dan dana pensiun.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Tobacco Control ini juga menemukan, produktivitas yang rendah karena ketidakhadiran karyawan untuk bekerja akibat sakit, setara dengan pengeluaran sebesar 517 dollar AS per tahun. Sementara itu waktu bekerja yang dihabiskan untuk jeda merokok setara dengan 3,077 dollar AS pertahun, serta biaya kesehatan mencapai 2.056 dollar AS pertahun.
Karena perokok cenderung meninggal lebih cepat, dana pensiun yang dikeluarkan perusahaan juga lebih besar.
Di Amerika, 19 persen orang dewasa merokok sehingga mereka berisiko menderita beberapa penyakit, termasuk kanker, penyakit jantung dan penyakit paru. Beberapa perusahaan di AS kini menghindari merekrut karyawan perokok karena asuransi kesehatan yang dibayarkan lebih tinggi.