KOMPAS.com-Kesehatan fisik dan mental memang tak bisa dipisahkan. Fisik yang sehat akan menjaga kualitas mental selalu dalam kondisi baik. Sebaliknya, fisik yang sakit dapat menurunkan kualitas mental seseorang.
Hal sama juga terjadi pada peningkatan fungsi kognitif pada anak. Aktivitas fisik yang rutin seperti olahraga dapat memberi efek positif pada kemampuan otak dan fungsi kognitif anak. Dalam penelitian yang dilakukan, anak berusia 9-10 tahun yang rutin berolahraga memiliki kemajuan memori yang signifikan.
"Memori merupakan kemampuan yang melibatkan berbagai proses. Memori merefleksikan keuntungan yang dapat diambil seseorang dari pengalaman sebelumnya, termasuk sistem yang bersifat prosedural, khusus, dan episodik," periset dari University Illinois dalam tim Urbana-Champaign.
Riset ini dipimpin kinesiologis Dr. Charles Hillman, yang melibatkan 49 siswa sekolah dasar. Para siswa diminta mengingat peta dalam ipad yang berisikan negara-negara fiktif.
Siswa diberi 2 cara untuk mempelajari peta. Satu cara adalah dengan mempelajarinya secara sederhana. Sementara metode lain adalah dengan belajar diselingi kuis untuk memperkuat apa yang dipelajari. Kedua kelompok kemudian kembali ke fasilitas penelitian esoknya dan diminta mengingat apa yang dipelajari.
Mencoba mengingat sesuatu tanpa tes tampaknya lebih sulit. Namun aspek inilah yang diperbaiki lewat latihan olahraga yang bersifat aerobik. Anak dengan level latihan yang tinggi mencatat nilai 20 persen lebih tinggi pada kelompok yang hanya belajar. Sedangkan anak yang belajar dan kuis di hari yang sama memiliki level memori yang tidak berbeda.
Kendati manfaat olahraga sudah dirasakan, namun para ilmuwan masih meragukannya. Hal ini dikarenakan belum ada aspek detail yang mengungkap manfaat olahraga dalam meningkatkan kemampuan otak. Padahal, pada lansia kebugaran fisik jugalah yang mempertahankan ingatan mereka.
Bagaimanapun, kata peneliti, aspek yang sudah diteliti sangat terbatas. Aspek inilah yang kemudian bisa dimodifikasi dengan latihan fisik, untuk memperbaiki kemampuan kognitif anak.
Dalam riset ini, menurut peneliti, sedikitnya ada 2 hal yang terlibat yaitu strategi pembelajaran dan olahraga. Peneliti mengatakan, mungkin saja ada siswa yang memang butuh penambahan waktu belajar.
Peneliti berharap riset mendatang bisa lebih fokus pada bagaimana olahraga mempengaruhi saraf saat anak belajar.