KOMPAS.com - Orangtua memiliki tugas menyediakan lingkungan belajar untuk anak, dan mendampinginya, tak terkecuali untuk anak balita. Jangan bayangkan anak balita belajar membaca, menulis, menghitung.
Momen belajar balita adalah untuk optimalisasi kognitif, psikomotorik, dan sosial emosi. Caranya, fasilitasi anak untuk berinteraksi dengan beragam permainan fisik, baik bermain sendiri maupun bersama anak lain seusianya.
Menurut psikolog dari Rumah Sakit Ibu Anak Brawijaya, Rika Ermasari, S.Psi, Ct, CHt, anak akan kehilangan momen belajar jika tidak mendapatkan fasilitas dan pendampingan berbagai permainan fisik.
Pola 'belajar' yang diterapkan oleh orang tua sebagai lingkungan pertama bagi anak akan berpengaruh pada perkembangan anak ditahap selanjutnya. Sebagai contoh, Anna berusia 4,5 tahun mengalami kesulitan dalam memasukkan sendok ke mulutnya, padahal di sekolahnya diharuskan membawa makanan dan ada kegiatan makan bersama teman-temannya.
Anna menjadi enggan ke sekolah karena sering diejek temannya. Atau Adya (3 tahun) mengalami kesulitan dalam bermain bersama temannya setiap kali dibawa ke tempat bermain selalu berakhir dengan pertengkaran dengan temannya. Akibatnya Adya tidak punya teman dan kehilangan antusias untuk bermain bersama. Masalah yang dialami Anna dan Adya ini bisa dihindari dengan pendampingan tepat orangtua pada anak balita lewat kegiatan bermain.
"Bermain punya peran penting. Anak berbagi rasa. Lewat permainan juga akan muncul rasa berbagi dan sosial. Anak-anak juga suka ekspresi wajah, dan ini bisa didapatkan dari bermain termasuk bersama kedua orangtuanya. Anak usia 12-24 bulan juga bisa marah, dan ia belajar sosial emosi saat bermain," terangnya saat talkshow kesehatan anak di Jakarta beberapa waktu lalu.
Ia menjelaskan bermain punya banyak manfaat di antaranya:
* Membantu mengerti tentang lingkungan sekitar.
* Mendorong anak untuk belajar memecahkan masalah.
* Membantu anak mengembangkan kreativitas.
* Mengembangkan kemampuan sosialisasi dan komunikasi pada anak.
* Meningkatkan kesehatan tubuh.
Bermain juga ada tahapannya sesuai usia. Pada usia 1-2 tahun, anak menjalani tahapan Functional Play, yaitu anak belajar menggunakan benda sesuai kegunaan. Misalnya menggunakan spons untuk membersihkan meja.
Sementara pada usia 2-3 tahun, anak menjalani Constructive Play, yakni anak mulai membuat sesuatu yang kreatif. Misal menggunakan bantal guling sebagai terowongan atau membangun boks menjadi rumah.
Serta pada usia 3-4 tahun, anak mulai melakukan Dramatic Play atau Cooperative Play yaitu pada saat bermain bersama anak lain. Anak mulai bermain peran sebagai dokter, perawat, juru masak, dan sebagainya termasuk bermain bersama dengan teman sebayanya.