Standing applause para tamu pada akhir show menjadi akhir yang manis dari fashion show koleksi kain Josephine Werratie Komara atau yang lebih dikenal dengan sebutan Obin.
KapanLagi.com - Dihadiri para tamu undangan, sahabat, orang–orang terdekat Obin, juga para awak media, sang kreator kain ini menari dengan membawa rajutan melati dan bahan merah panjang dan meletakkannya di depan panggung.
Partisipasi pertama kali pakar kain Indonesia di panggung Jakarta Fashion Week (JFW) ini diakunya karena alasan waktu dan deadline yang terlalu cepat yang diajukan pihak JFW untuknya selama ini. Hingga tahun kemarin ia berjanji untuk lebih mempersiapkan pagelaran koleksi kainnya jauh hari.
"Setiap kali ditawarkan, selalu waktunya mepet, dan sekali waktu saya bilang ke panitia, kalo ini adalah annual show, tahun depan saya akan berpartisipasi. Karena saya adalah pembuat kain, dan proses pembuatan kain itu tidak sebentar, kerjanya pake tangan semua, membutuhkan periode waktu yang cukup memakan waktu hingga terbentuknya sebuah kain," ungkap Obin ditemui saat konferensi pers, sebelum memulai show pada 15 November 2011. Obin juga menjelaskan bahwa satu kain bisa tercipta melalui lebih dari lima hingga tujuh tehnik pembuatan.
Dalam tajuk 'A Catwalk Moment' Obin menjelaskan, bahwa shownya kali ini adalah sebuah laporan visual, akan apa–apa yang ia dan timnya kerjakan selama ini. Selama kurun waktu usia yang telah menginjak hampir 40 tahun ini, Obin dengan butiknya yang bernama Bin House menjejaki setiap cara untuk membuat sebuah kreasi kain yang baru, melalui sebuah proses eksperimen yang panjang. Untuk shownya kali ini, sebuah persembahan baru hasil terobosan Obin dan timnya yang berhasil membuat 'Batik in Cashmere'.
"Kesulitan membuat batik pada bahan cashmere adalah, sifat cashmere yang terbuat dari wol itu sendiri tidak bisa terkena oleh bahan panas, sementara batik menggunakan lilin panas," jelas obin saat ditanya mengenai proses pembuatan kain ini.
Ini merupakan show yang banyak di tunggu para pecinta fashion terutama pecinta kain, mengingat sejak shownya terakhir di tahun 2003, ini merupakan kali pertamanya Obin tampil kembali menunjukkan hasil kreasinya. Menghadirkan 48 koleksi ini menghadirkan warna–warna yang Obin suka, tidak ada patern khusus menurutnya, mengalir saja kreativitas itu berjalan, baginya ini merupakan laporan visual khusus diperuntukkan bagi banyak orang yang peduli akan kain–kain dalam negeri, sebuah pertanggung jawaban Obin untuk masyarakat pecinta kain untuk menunjukkan hasil karyanya yang bisa dinikmati para penggunanya. Pada peragaan busana kali ini, koleksi BINHouse menampilkan ragam desain kain, seperti Tanah Jawa terkoyak gempa, Ubur–ubur, tambalan gembel serta anemone. Tehnik pembuatan kain dilakukan antara lain dengan menggunakan tehnik pintalan khusus, inovasi lilitan baru, kain cabik–cabik, cut work dan batik pecah pola.
Hadir dalam empat sekuel, Obin masih mempesona dengan koleksi White on white yang dipadu oleh kain–kain halus yang menerawang atau kebaya hitam dipadu kain bermotif dalam material bahan melayang. Kebaya klasik mendominasi baik dengan lengan ¾ atau pendek, memadu gaun cheongsham merah panjang dengan keanggunan selendang kain berwarna kuning, BIN house juga ingin menghidupkan kembali kebudayaan dan tradisi kebaya motif. Show yang berlangsung 30 menit ini begitu fun, diiringi musik para model menari membawakan koleksi BINHouse, tidak terkecuali sang kreator, Obin yang juga terlihat tidak berhenti menari di belakang meja operator sound & light system, melihat dan menikmati keindahan koleksinya. (wo/ana/bee)