Tak Usah Khawatirkan Teman Khayalan Anak

Psikologi - Kompas
http://4skripsi.blogspot.com/ 
Manage your social media

Best social media tool for image publishing to Facebook and Twitter. Look amazing and delight your followers. Get 40% off when you sign up today.
From our sponsors
Tak Usah Khawatirkan Teman Khayalan Anak
Sep 17th 2013, 16:27

KOMPAS.com - Anak usia empat tahun, sesuai tahapan tumbuh kembangnya, cenderung imajinatif. Pada tahapan usia ini, anak sedang mengembangkan keterampilannya mengeksplorasi diri. Jangan heran apalagi khawatir berlebihan jika anak usia 4-5 tahun menikmati waktu bermain bersama teman khayalan.

"Rata-rata anak usia empat tahun punya teman khayalan. Biarkan saja ia bermain dengan teman khayalan selama orangtua menemani," tutur dr Attila Dewanti, SpA(K) Neurologi dari Brawijaya Women and Children Hospital, di Jakarta beberapa waktu lalu.

Menurutnya, orangtua perlu menemani anak bermain sambil memantau tumbuh kembangnya termasuk pada usia empat tahun ini. Saat anak mulai bermain dengan teman khayalannya, orangtua bertugas memberikan arahan bukan membatasi anak dalam mengeksplorasi dirinya.

"Jangan biarkan anak bermain sendiri, jelaskan bahwa temannya itu hanyalah imajinasi," tambahnya.

Dr Attila melanjutkan, justru pada masa inilah orangtua bisa mengambil kesempatan untuk mengajarkan anak mengenai tata tertib di rumah. Dengan kata lain, orangtua bisa "memanfaatkan" teman khayalan si kecil untuk mengenalkan tata tertib di rumah.

Hilang dengan sendirinya
Saat bermain dengan teman khayalan, anak cenderung bicara sendiri. Lebih ekstrem lagi, anak bisa saja mengganti namanya berkali-kali.

"Ada yang sampai berubah nama berkali-kali karena anak sebenarnya sedang bermain peran," ungkap dr Attila.

Ia menyarankan orangtua tak perlu khawatir berlebihan menyikapi masa tumbuh kembang anak ini. Umumnya, masa bermain peran ini akan berkurang secara bertahap di usia 5-6 tahun.

Psikolog dari klinik tumbuh kembang Rainbow Clinic, Rika Ermasari, SPsi, Ct, CHt, juga mengatakan saat anak mulai sekolah, berkenalan dengan peer group-nya, teman khayalan ini akan perlahan menghilang dengan sendirinya.

"Saat mulai berkenalan dengan peer group, teman khayalan ini sesekali akan muncul, tapi hanya saat anak sedang menerapkan konsep yang ia tangkap dari lingkungannya," jelas Rika.

Jika anak usia sekolah masih sering bermain dengan teman khayalan, orangtua juga perlu mulai mawas diri. Karena menurut Rika, salah satu faktor penyebabnya bisa saja berasal dari sikap orangtua.

"Kalau orangtua terlalu sibuk, anak tak punya tempat bercerita, akhirnya ia bercerita dengan teman khayalannya," tandasnya.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions
Next Post Previous Post