KETIKA MENSTRUASI BERKEPANJANGAN
ada saatnya menstruasi tak lagi kompromi
Betapa gelisahnya ketika seorang wanita mengalami menstruasi tidak seperti biasanya. Bayangkan, ketika darah haid menetes (mengalir) melebihi bilangan minggu, bahkan lebih sebulan. Bagaimana kegundahannya ? Tanyakan rasanya …
Kata kunci:
Menometrorrhagia, menorrhagia, metrorrhagia, Dysfunctional Uterine Bleeding (DUB).
Kode ICD.10 (International Statistical Classification of Diseases):
N92: Menstruasi berlebihan dalam jumlah banyak, berulang dan tidak teratur. Tidak termasuk: postmenopausal bleeding (N.95.0)
Varian: N.92.0-N.92.6 . Sila lihat kodenya di sini.
Seorang gadis SMU didampingi ibundanya, tertunduk malu ketika menceritakan bahwa menstruasinya berlangsung hampir 3 minggu. Tidak seperti biasa, yang rata-rata berlangsung sekitar 5-7 hari. Sebelumnya, si gadis mulai gelisah saat menstruasi tidak berhenti hingga menginjak minggu kedua. Curhat kepada teman sebaya tidak melegakan lantaran sama-sama tidak mengerti seluk beluk menstruasi. Seperti biasa, beragam anjuran diterima si gadis sebagai “usaha� menghentikan menstruasi yang kali ini tak mau kompromi.
Wanita muda kinyis-kinyis berusia sekitar 25 tahun mengeluh:
Menstruasi saya sudah 3 minggu lebih, hampir sebulan. Selama itu tidak berhubungan dengan suami, sampai-sampai tidak sholat (. Kami belum punya anak. Apakah ada kelainan kandungan misalnya tumor ? Apakah kandungan turun ? Apakah bisa punya anak ?
Jawaban singkat:
1. Belum tentu (sebagian besar tidak), sebaiknya tetap periksa.
2. Tidak. Kandungan tidak turun. Turun kemana ?
3. Bisa, jika keduanya subur dan atas ijin Tuhan YME
Ibu muda menggendong bayi masuk ruang praktek, lalu berujar:
Saya mengalami menstruasi 19 hari, kadang sedikit kadang banyak. Sebelumnya tidak pernah mengalami seperti ini. Sudah ke spesialis kandungan dan periksa USG (ultrasonografi), bilang dokter kandungan tidak ada kelainan. Waktu saya tanya, katanya gangguan keseimbangan …*lupa*. Dan saat saya tanya lagi apakah ada hubungannya dengan spiral, dokter kandungan mengatakan mungkin iya mungkin tidak. Kalau setelah minum obat masih perdarahan, rencananya kuret. Yang benar yang mana?
Jawaban singkat:
Benar semua. Memang demikianlah urutannya.
Seorang ibu berusia sekitar 55 tahun panik ketika menstruasi berkepanjangan hampir 6 minggu (wuih, 1,5 bulan) ( dan beliau mengatakan bahwa sebelumnya menstruasi tidak teratur, sedikit dan singkat.
Setelah pengobatan masih perdarahan, dilakukan kuret oleh dokter spesialis kandungan sampai 2 kali. Kuret pertama menunjukkan hasil pemeriksaan patologi anatomi (pemeriksan mikroskopis) tidak didapatkan tanda-tanda keganasan. Ketika masih perdarahan, dilanjutkan dengan kuret kedua.
Alhamdulillah, perdarahan berhenti.
Empat contoh kasus di atas menunjukkan bahwa menstruasi berkepanjangan bisa menimpa wanita mulai remaja (sudah menstruasi) hingga pre-menopause (menjelang berakhirnya masa menstruasi).
Sekitar 20% bisa dialami oleh wanita remaja dan wanita muda, sedangkan 40% pada wanita paruh baya (usia lebih 40 tahun) *by Alien*
Obesitas (terlalu gemuk), pekerjaan berat dan stress diduga ikut berperan terjadinya menometrorrhagia (menstruasi berkepanjangan)
Gambaran Umum.
Dysfunctional Uterine Bleeding (DUB) adalah penyebab tersering terjadinya perdarahan rahim abnormal pada wanita di usia reproduksi. Diagnosa Dysfunctional Uterine Bleeding dapat ditegakkan bila tidak ditemukan kelainan organ.
PENGERTIAN
Dysfunctional uterine bleeding (DUP) atau perdarahan uterus disfungsional adalah perdarahan abnormal yang dapat terjadi di dalam siklus maupun di luar siklus menstruasi, karena gangguan fungsi mekanisme pengaturan hormon (otak-indung telur-rahim), tanpa kelainan organ.
SIKLUS NORMAL
Siklus menstruasi normal terjadi setiap 21-35 hari dan berlangsung sekitar 2-7 hari.
Pada saat menstruasi, jumlah darah yang hilang diperkirakan 35-150 ml, biasanya berjumlah banyak hingga hari kedua dan selanjutnya berkurang sampai menstruasi berakhir. *Nedra Dodds, MD, 2006*
BAGAIMANA TERJADINYA ?
Secara garis besar, kondisi di atas dapat terjadi pada siklus ovulasi (pengeluaran sel telur/ovum dari indung telur), tanpa ovulasi maupun keadaan lain, misalnya pada wanita premenopause (folikel persisten).
Sekitar 90% perdarahan uterus difungsional (perdarahan rahim) terjadi tanpa ovulasi (anovulation) dan 10% terjadi dalam siklus ovulasi.
Pada siklus ovulasi.
Perdarahan rahim yang bisa terjadi pada pertengahan menstruasi maupun bersamaan dengan waktu menstruasi. Perdarahan ini terjadi karena rendahnya kadar hormon estrogen, sementara hormon progesteron tetap terbentuk.
Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation)
Perdarahan rahim yang sering terjadi pada masa pre-menopause dan masa reproduksi. Hal ini karena tidak terjadi ovulasi, sehingga kadar hormon estrogen berlebihan sedangkan hormon progesteron rendah. Akibatnya dinding rahim (endometrium) mengalami penebalan berlebihan (hiperplasi) tanpa diikuti penyangga (kaya pembuluh darah dan kelenjar) yang memadai. Nah, kondisi inilah penyebab terjadinya perdarahan rahim karena dinding rahim yang rapuh. Di lain pihak, perdarahan tidak terjadi bersamaan. Permukaan dinding rahim di satu bagian baru sembuh lantas diikuti perdarahan di permukaan lainnya. Jadilah perdarahan rahim berkepanjangan.
G E J A L A
Perdarahan rahim yang dapat terjadi tiap saat dalam siklus menstruasi. Jumlah perdarahan bisa sedikit-sedikit dan terus menerus atau banyak dan berulang.
Kejadian tersering pada menarche (atau menarke: masa awal seorang wanita mengalami menstruasi) atau masa pre-menopause.
FAKTOR PENYEBAB
Hingga saat ini penyebab pasti perdarahan rahim disfungsional (DUB) belum diketahui secara pasti. Beberapa kondisi yang dikaitkan dengan perdarahan rahim disfungsional, antara lain:
- Kegemukan (obesitas)
- Faktor kejiwaan
- Alat kontrasepsi hormonal
- Alat kontrasepsi dalam rahim (intra uterine devices)
- Beberapa penyakit dihubungkan dengan perdarahan rahim (DUB), misalnya: trombositopenia (kekurangan trombosit atau faktor pembekuan darah), Kencing Manis (diabetus mellitus), dan lain-lain
- Walaupun jarang, perdarahan rahim dapat terjadi karena: tumor organ reproduksi, kista ovarium (polycystic ovary disease), infeksi vagina, dan lain-lain.
D I A G N O S A
Untuk menegakkan diagnosa, langkah-langkahnya dalah sebagi berikut:
Wawancara atau anamnesa (sudah dibahas, masih ingat kan?).
Wawancara harus cermat nih. Pertanyaan yang perlu diajukan: kapan usia mulai menstruasi (menarche), siklus setelah mengalami menstruasi, jumlah dan lamanya menstruasi, dan … maaf, sambil menilai status emosinya. oleh karena itu, bagi wanita yang mengalaminya dianjurkan untuk menceritakan apa adanya. Wis to, jangan malu-malu.
Pemeriksaan (masih ingat juga kan, jenis-jenis pemeriksaan?) *kayak ujian aja*
- Pemeriksaan umum. Ditujukan untuk mengetahui berbagai kemungkinan penyebab terjadinya perdarahan rahim.
- Pemeriksaan organ reproduksi (ginekologis)
Pada pemeriksaan khusus ini, ditujukan untuk:
- Menyingkirkan kemungkinan kelainan organ sebagai penyebab perdarahan abnormal, misalnya: perlukaan, polip leher rahim, infeksi, abortus, tumor, dan lain-lain.
- Menegakkan diagnosa dengan kuret (gadis TIDAK lho)
P E N G O B A T A N
Setelah menegakkan diagnosa (diagnosis?, mohon koreksi) dan setelah menyingkirkan berbagai kemungkinan kelainan organ, teryata tidak ditemukan penyakit lainnya, maka langkah selanjutnya adalah melakukan prinsip-prinsip pengobatan sebagai berikut:
- Menghentikan perdarahan.
- Mengatur menstruasi agar kembali normal
- Transfusi jika kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 8 gr%.
Menghentikan perdarahan.
Langkah-langkah upaya menghentikan perdarahan adalah sebagai berikut:
Kuret (curettage).
Hanya untuk wanita yang sudah menikah. Tidak bagi gadis dan tidak bagi wanita menikah tapi “belum sempat dicicipi�. *halah, mesum* (begini lho, misalnya sudah dijadwalkan menikah, ndilalah sebelum menikah koq ya datang menstruasi dan berkepanjangan. Apa ya rela dikerok pakai sendok istimewa eh kuret ding)
O b a t (medikamentosa)
1. Golongan estrogen.
Pada umumnya dipakai estrogen alamiah, misalnya: estradiol valerat (nama generik) yang relatif menguntungkan karena tidak membebani kinerja liver dan tidak menimbulkan gangguan pembekuan darah. Jenis lain, misalnya: etinil estradiol, tapi obat ini dapat menimbulkan gangguan fungsi liver.
Dosis dan cara pemberian:
- Estrogen konyugasi (estradiol valerat): 2,5 mg diminum selama 7-10 hari.
- Benzoas estradiol: 20 mg disuntikkan intramuskuler. (melalui bokong)
- Jika perdarahannya banyak, dianjurkan nginap di RS (opname), dan diberikan Estrogen konyugasi (estradiol valerat): 25 mg secara intravenus (suntikan lewat selang infus) perlahan-lahan (10-15 menit), dapat diulang tiap 3-4 jam. Tidak boleh lebih 4 kali sehari.
2. Obat Kombinasi
Obat golongan ini diberikan secara bertahap bila perdarahannya banyak, yakni 4×1 tablet selama 7-10 hari, kemudian dilanjutkan dengan dosis 1×1 tablet selama 3 hingga 6 siklus. *wuih, lamanya*
3. Golongan progesteron
Obat untuk jenis ini, antara lain:
- Medroksi progesteron asetat (MPA): 10-20 mg per hari, diminum selama 7-10 hari.
- Norethisteron: 3×1 tablet, diminum selama 7-10 hari.
Mengatur menstruasi agar kembali normal
Setelah perdarahan berhenti, langkah selanjutnya adalah pengobatan untuk mengatur siklus menstruasi, misalnya dengan pemberian:
Golongan progesteron: 2×1 tablet diminum selama 10 hari. Minum obat dimulai pada hari ke 14-15 menstruasi.
Transfusi jika kadar hemoglobin kurang dari 8 gr%.
Yang ini, mau tidak mau nginap di Rumah Sakit atau klinik. Oya, hampir ketinggalan, sekedar diketahui, sekantong darah (250 cc) diperkirakan dapat menaikkan kadar hemoglobin (Hb) 0,75 gr%. Ini berarti, jika kadar Hb ingin dinaikkan menjadi 10 gr% maka kira-kira perlu sekitar 4 kantong darah.
PRAKIRAAN HASIL PENGOBATAN (Prognosis)
Hasil pengobatan bergantung kepada proses perjalanan penyakit (patofisiologi)
- Penegakan diagnosa yang tepat dan regulasi hormonal secara dini dapat memberikan angka kesembuhan hingga 90 %.
- Pada wanita muda, yang sebagian besar terjadi dalam siklus anovulasi, dapat diobati dengan hasil baik, or sukses.
Istilah seputar perdarahan abnormal
Beberapa istilah penting terkait Perdarahan abnormal rahim, antara lain:
- Menorrhagi: perdarahan rahim lebih 7 hari atau jumlah perdarahan yang berlebihan (lebih dari 80 ml per hari)
- Metrorrhagia: perdarahan rahim (biasanya dalam jumlah normal) yang terjadi dengan interval waktu tidak teratur atau lebih panjang.
- Menometrorrhagia: perdarahan rahim yang berlebihan dalam jumlah dan lamanya perdarahan, dapat terjadi dalam periode menstruasi maupun di antara periode menstruasi.
- Intermenstrual bleeding (spotting): perdarahan rahim yang bervariasi dalam hal jumlahnya (biasanya sedikit) pada periode menstruasi.
- Polymenorrhea: menstruasi yang terjadi dengan interval kurang dari 21 hari.
- Olygomenorrhea: menstruasi yang terjadi dengan interval antara 35 hari hingga 6 bulan.
- Estrogen: hormon reproduksi wanita, yang selama siklus menstruasi menghasilkan lingkungan yang sesuai untuk fertilisasi, implantasi dan pemberian zat makanan pada permulaan embrio.
- Progesteron: hormon yang berfungsi mempersiapkan rahim untuk menerima dan mengembangkan sel telur.
PERMASALAHAN
Mengingat perdarahan rahim bagi wanita muslim berkaitan erat dengan masalah peribadatan, khususnya dalam hal fiqih (hukum), maka perlu keterlibatan berbagai pihak terutama kalangan medis dan ahli fiqih untuk membahasnya.
Perlu diingat bahwa pembahasan fiqih akan memunculkan khilafiyah (perbedaan pendapat), terkait soal waktu suci. Maksudnya, “waktu� (kapan sih?) seorang wanita dengan perdarahan rahim sudah dianggap wajib melaksanakan ibadah kendati yang bersangkutan masih mengalami perdarahan.
Sengaja penulis mengangkat masalah ini agar kita dapat saling memahami jika terjadi perbedaan soal masa suci (waktu mandi wajib). Bukankah hal ini adakalanya ditanyakan pasien ? Monggo dibahas.
Bagaimana soal berhubungan intim ? Silahkan dibahas juga ya …
Kepada segenap pembaca wanita (pria juga), silahkan berbagi pengalaman dan pengetahuan. Monggo tanya jawab sendiri.
Kepada mbak Mina, dr Lakshmi Nawasasi yang ahli bedah, drg Evy SpBM, mbak Dwi Susanti, mbak Graz, mbak Mei dan semua para blogger wanita dari kalangan kesehatan atau pemerhati kesehatan yang belum tersebut namanya, dimohon berbagi.
Pria boleh juga lho, bebas aja koq.
Penulis akan menyaksikan jalannya talkshow online diskusi sebagai peserta saja.
Selamat berbagi, semoga bermanfaat.
Bacaan:
- Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab Ilmu Kebidanan dan Kandungan, RSUD dr. Soetomo, Surabaya
- Dysfunctional Uterine Bleeding (DUB), Nedra Dodds. MD, Emory Adventist Hospital, 2006
Catatan penting:
- Penulisan obat, dosis dan cara pemberian, dimaksudkan sebagai sharing informasi dan sedikit tambahan pengetahuan. Bukan untuk mengobati diri sendiri.
- Jika mengalami masalah semacam ini (moga tidak), dianjurkan konsultasi dan memeriksakan diri kepada dokter setempat atau dokter ahli kandungan (jika ada)
Sumber: http://cakmoki86.wordpress.com/