TEMPO Interaktif, Ketika usia kandungan mulai menua, beberapa perempuan merasakan ketidaknyamanan. Bahkan mungkin beberapa merasakan sakit. Namun bagi ibu hamil harus berhati-hati mengatasi rasa sakit tersebut. Sudah umum diketahui bahwa penggunaan pengobatan antiradang bebas steroid seperti ibuprofen --sejenis obat yang tergolong dalam kelompok antiperadangan non-steroid-- dan digunakan untuk mengurangi rasa sakit akibat artritis. Ibuprofen ini bisa menyakiti janin dan ternyata Aspirin juga punya efek serupa.
Dalam sebuah penelitian terbaru dari Universitas Montreal menemukan hubungan antara penggunaan obat penghilang rasa sakit seperti ibuprofen di awal kehamilan bisa menimbulkan risiko keguguran. Laporan ini terdapat pada fitpregnancy.com, Selasa 20 September 2011, yang mengutip majalah Time.
Para peneliti, dalam laporannya yang dikeluarkan dalam Journal of Obstetrics and Gynecology, juga menemukan bukti kalau opioids seperti Vicodin (asetaminofen dan hidrokodon) dan codein yang diberikan untuk mengatasi rasa sakit akibat cedera, usai operasi, infeksi atau kondisi medis yang kronis, bisa meningkatkan risiko gagal kehamilan bila dikonsumsi sebelum pembuahan atau pada trimester pertama.
Sementara penelitian ini juga menemukan anak-anak yang berasal dari ibu yang mengkonsumsi asetaminofen selama masa kehamilan akan meningkatkan resiko asma pada anak. Ini menjadi berita karena diketahui sejak lama asetaminfen di anggap aman untuk obat penghilang rasa sakit pada ibu hamil.
Lalu apa yang harus dilakukan? Untuk sakit yang minim, obati dengan jalan terapi seperi beristirahat, menggunakan kompres dengan es, air panas atau dingin. Bahkan untuk rasa sakit yang lebih serius, jangan secara otomatis bergantung pada obat, ujar ahli epdemiologi Dr. Cheryl Broussard, Ph.D., ketua penelitian ini. "Wanita yang megambil langkah pengobatan ini harus bicara kepada dokternya dan menitikberatkan pada risiko kehilangan janin," ujarnya.
Jadi jika Anda hamil dan membutuhkan obat penghilang rasa sakit, segera konsultasikan kepada dokter Anda. Memang, akan ada pengobatan tapi setidaknya Anda bisa membatasi konsumsinya dengan mengikuti saran dokter kandungan.
DEWI RETNO