TEMPO Interaktif, Boston - Seorang pria yang sedang mengalami perawatan kanker prostat berpotensi impoten. Penelitian baru yang dipublikasikan dalam jurnal American Medical Association memberikan informasi untuk mengukur resiko pengobatan kanker prostat, termasuk pembedahan dan radiasi.
Namun dokter belum mendapatkan angka pasti untuk memastikan efek samping perawatan kanker prostat, seperti terjadinya disfungsi ereksi.
Menurut American Cancer Society, satu dari enam orang berpotensi menderita kanker prostat. Dan satu di antara 36 orang akan meninggal karena penyakit ini.
Ada kontroversi mengenai bagaimana memperlakukan tumor beresiko rendah yang sering tak menyebabkan kerusakan meski tidak diobati. Tetapi ketika penyakit ini menjadi gawat, pembedahan dan radiasi menjadi pilihan.
Tahun ini misalnya, sekitar 90 ribu orang di Amerika mengalami prostatectomy radikal, yaitu operasi untuk menghilangkan kelenjar prostat dan beberapa jaringan di sekitarnya. Efek umum yang sering terjadi adalah impotensi dan inkontinensia urin, yaitu tak mampu menahan kencing. Bahkan bisa juga menyebabkan bocor urin selama melakukan hubungan seks.
Dalam studi baru ini, peneliti menggunakan data dari seribu pasien yang dirawat karena kanker prostat. Semua peserta menjawab pertanyaan tentang kehidupan seks mereka sebelum menjalani perawatan bedah prostat, radiasi eksternal atau implan benih radioaktif dalam prostat.
Lebih dari seperempat responden mengatakan mereka telah terkena impotensi sebelum ada perawatan itu. Dan dari mereka yang tidak, 52 persen di antaranya mengalami masalah ereksi setelah 2 tahun usai pengobatan itu.
Sedangkan pada kelompok pasien operasi, 60 persen pria dengan kehidupan seks yang baik mengatakan mereka menjadi impoten. Angka itu adalah 42 persen yang menjalani radiasi eksternal dan 37 persen yang memilih penanaman benih radioaktif.
Namun masalah seksual yang muncul dengan beragam variasi tersebut tergantung faktor usia, ras, berat badan, fungsi seksual sebelumnya, kadar antigen prostat spesifik (PSA), terapi hormon dan jenis operasi yang dipilih. "Fungsi seksual adalah salah satu hal yang paling sering terpengaruh akibat pengobatan kanker prostat," ujar Dr. Martin G. Sanda, Kepala Pusat Prostat di Beth Israel Deaconess Medical Center, Boston dan sekaligus memimpin studi ini.
Dalam editorial yang ditulis Dr Michael J. Barry dari Massachusetts General Hospital, Boston, tercatat bahwa formula baru dari hasil penelitian yang disusun memiliki keterbatasan.
"Penelitian ini bersifat observasional, dan pasien harus menggunakan temuan ini dengan hati-hati untuk membantu memilih pengobatan yang tepat," tulisnya.
REUTERS | ISMI WAHID