Gorontalo (ANTARA News) - Tubuh perempuan kerap dijadikan sebagai sarana bisnis dan pemasaran terampuh , mulai dari industri hiburan, makanan dan industri pakaian, media massa hingga alat eletronik.
Hal itu disampaikan Rio Ismail, fasilitator LSM, saat memberikan materi pelatihan dasar gender yang digelar oleh Woman Institute Research and Empowerment Gorontalo (Wire-G), sebuah lembaga riset perempuan di Gorontalo, Senin.
"Perempuan acapkali dieksploitasi tubuh dan seksualitasnya, hal ini sangat menguntungkan para pelaku bisnis," ujar pria yang banyak bergelut pada dunia lingkungan, komunikasi dan sosial ini.
Di Indonesia sendiri, lanjutnya, ada lebih dari 12 ribu situs hiburan yang menyajikan promosi sensualitas perempuan.
Sebagian besar dari itu terintegrasi dengan perdagangan perempuan atau prostitusi, seksualitas dan tubuh perempuan.
Hal itu tidak hanya mengorbankan perempuan saja, namun secara lebih luas telah turut menjadikan masyarakat sebagai budak konsumen.
Dia mengatakan, dalam kurun waktu satu dasawarsa terakhir, implementasi gender makin banyak dibicarakan, namun masih saja terhambat oleh berbagai faktor.
"Faktor tersebut antara lain pandangan patriarki yang begitu dominan,kekerasan dan eksploitasi hingga yang paling moderen yaitu bias pandang media terhadap gender," papar Rio di hadapan peserta yang terdiri dari mahasiswa, aktivis dan pekerja media.
Khusus untuk pandangan patriarki yang berwujud dalam tatanan politik, ekonomi, sosial dan budaya, telah menyebabkan perempuan mengalami eksploitasi, marginalisasi, kekerasan, beban ganda serta subordinasi. (SHS/MO31/K004)