Jum'at, 30 September 2011, 11:59 WIB
Anda Nurlaila, Gestina Rachmawati
wanita muda (inmagine)
VIVAnews- Meskipun sebagian besar penderita osteoporosis adalah wanita yang tengah mengalami masa menopause, namun ternyata penyakit yang satu ini juga wajib diwaspadai oleh wanita yang usianya lebih muda dan produktif.
Dari data International Osteoporosis Foundation (IOF) tahun 2009 menyebutkan bahwa pada usia 35 tahun, 1 dari 3 orang di kawasan Asia berisiko menderita osteoporosis. Bahkan pada rentang usia 25 tahun terdeteksi 25 persen diantaranya berisiko terkena penyakit tersebut. Wanita Indonesia pada usia 25 sampai 65 tahun adalah yang punya risiko tertinggi terkena osteoporosis dibandingkan negara Asia lainnya.
"Puncak massa tulang biasanya saat wanita berumur 34 tahun, setelah itu mengalami penurunan, apalagi bagi mereka yang telah menopause," kata Dr. Siti Annisa Nuhonni, SpRM, ahli Rehabilitasi Medik FKUI-RSCM di Jakarta.
Gaya hidup juga berpengaruh terhadap osteoporosis. Beberapa contoh yang memberi efek negatif terhadap tulang, di antaranya adalah merokok, konsumsi garam yang berlebih dan minuman yang mengandung alkohol, soda, atau kafein. "Kesehatan tulang dapat dipertahankan dengan cara diet seimbang kaya kalsium, latihan fisik dengan beban, hidup aktif, dan sehat. Sudah saatnya juga untuk mengingatkan kaum muda yang memiliki pola hidup yang kurang sehat," urainya lagi.
Selain itu, menurut Dokter Honni, pengukuran tinggi badan pun penting dilakukan. "Jadi jangan hanya berat badannya saja yang diperhatikan, siapa tahu tinggi badannya ternyata mengalami penurunan, itu patut diwaspadai," ujarnya.
Osteoporosis kerap disebut 'the silent disease' karena termasuk jenis penyakit yang membutuhkan waktu perawatan cukup lama. Proses pengeroposan tulang bisa berlangsung secara diam-diam dan dalam jangka waktu yang lama. Tidak sedikit wanita yang mengabaikan hal ini karena memang tidak terlihat gejala menderita osteoporosis sampai terjadi patah tulang yang disebabkan oleh trauma ringan atau mikro fraktur.
• VIVAnews
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.
' ); $.ajax({ type: "POST", url: "/comment/load/", data: "valIndex=" + a + "&articleId=" + b + "&defaultValue=" + c, success: function(msg){ $("#loadkomen").html(msg); //$(".balasan").hide(); } }) }