KOMPAS.com - Dalam berbagai kegiatan yang mengharuskan Anda bertemu orang lain secara khusus, seperti wawancara pekerjaan, atau bertemu pertama kalinya dengan calon partner bisnis, kesan pertama pasti sangat menentukan. Kesan pertama ini akan membuat orang mengetahui gambaran mengenai diri Anda, dan akan menentukan langkah selanjutnya dalam kehidupan Anda. Dari kesan pertama Anda, pria yang Anda incar akan merasa tertarik untuk melakukan pendekatan pada Anda. Dari kesan pertama Anda, calon partner bisnis akan yakin untuk bekerjasama dengan Anda.
Karena itu, penting untuk menciptakan kesan pertama yang baik bagi orang lain. Bagaimana caranya?
Kendalikan cara bicara Anda. Agar terlihat supel, banyak orang cenderung banyak bicara di depan orang yang baru dikenalnya. Akhirnya, ia cenderung menyampaikan informasi yang tak terbatas saat pertemuan pertama. "Saya menyebutnya pola dosen pria ketika mengajar. Tapi sebenarnya hal ini tidak hanya terjadi pada pria," ungkap Ann Demarais, PhD, penulis buku First Impressions. Pola seperti ini, membuat si pendengar hanya bisa tersenyum, mengangguk sopan, dan sedikit bertanya, dan akhirnya membuat Anda tetap terus bicara.
Biasanya hal ini dikembangkan dari pengalaman dan selalu berjalan baik. Anda merasa sangat percaya diri dan menarik saat itu, namun bisa jadi si pendengar akan merasa sangat bosan dan merasa tak dihargai. Sebenarnya terlalu banyaknya pembicaraan yang Anda bincangkan saat pertemuan pertama ini adalah hal yang wajar, terutama ketika Anda sedang gugup. Namun, lebih baik jika Anda bisa mengontrol pembicaraan Anda dan mempertimbangkan agar si pendengar juga bisa mengeluarkan pendapatnya.
Akui kekurangan Anda. Sebagian besar orang ingin terlihat sempurna ketika bertemu dengan orang lain, khususnya saat pertemuan pertama. Hal ini tidaklah salah, namun ingatlah bahwa tak ada orang yang sempurna. Mencoba sekeras mungkin untuk menjadi sempurna justru akan membuat Anda kesulitan. Tampillah menjadi diri sendiri, dan akui saja kekurangan Anda.
"Ketika saya harus bertemu dengan tamu penting, saya merasa sangat tertekan karena harus membuatnya terkesan. Sayangnya, hari itu saya merasa tidak maksimal. Namun, kejujuran untuk mengungkapkan kekurangan itu justru membuat orang yang kita temui akan memahami, dan jusru membuat pembicaraan jadi lebih cair," tukas Lucilla McElroy, pendiri WeAreMomentum.com, website tentang pelatihan menjadi ibu yang baik.
Faktanya adalah, kita semua mencoba untuk tidak menjadi manusia, namun menjadi robot kecil yang sempurna tanpa kesalahan. Karena hal itu tak mungkin terjadi, lebih baik akui dan sikapilah kekurangan Anda dengan bijak.
"Banyak orang yang tidak mau mengakui kekurangan dirinya, termasuk dalam sebuah wawancara pekerjaan," ungkap Ben Dattner, konsultan karier dan penulis buku The Blame Game. Seringkali calon pekerja berusaha mengubah kekurangan menjadi kelebihan dengan mengatakan, "Saya terlalu peduli", atau "Saya bekerja terlalu keras".
Jangan membanggakan diri sendiri. Rasanya setiap orang senang mendengar namanya disebut, terutama saat berhasil mencapai sesuatu. Hal ini tidak salah, karena membuat Anda merasa istimewa. Namun, sebaiknya Anda tak hanya membicarakan dan membanggakan diri sendiri. Cobalah juga untuk menyisipkan pertanyaan tentang orang lain, misalnya tentang anak atau keluarganya, namun tentunya dalam hal yang positif.
"Kadang pembicaraan tentang diri sendiri membuat orang lain menjadi bosan. Lebih baik bicarakan tentang prestasi orang lain yang dikenal bersama. Ini akan membuat kesan awal menjadi lebih positif," ungkap Julie Albright, sosiolog dari Universitas of Southern California.
Menunjukkan ketertarikan. Dalam setiap pembicaraan, cobalah untuk menunjukkan rasa tertarik. "Ekspresi wajah yang datar menunjukkan bahwa Anda tidak tertarik pada pembicaraan tersebut," ungkap Joe Navvaro, penulis buku What Every Body Is Saying.
Gerakan tubuh seperti memiringkan kepala menandakan bahwa Anda mendengarkan. Sebuah lengkungan atau kerutan di dahi merupakan gerakan kecil lain yang menunjukkan rasa ingin tahu.
Sumber: Real Simple