Sejak 2 orang kakak-beradik asal Bangli meninggal di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar-Bali karena flu burung, kini penyebaran virus tersebut telah terdeteksi di 49 desa di Bali. Cepatnya penularan flu burung tersebut diperkirakan akibat sulitnya pengawasan terhadap lalu lintas unggas di Bali.
Hasil rapid test atau tes cepat pada unggas oleh Tim Pengendalian Penyakit Flu Burung Dinas Peternakan Bali menunjukkan bahwa penularan flu burung telah meluas di 49 desa di Bali. Tercatat dari 49 desa yang menjadi daerah tertular flu burung di Bali, 5 desa merupakan desa yang sebelumnya pernah menjadi daerah tertular pada tahun 2007.
Demikian disampaikan Koordinator Tim pengendalian Penyakit Flu Burung Dinas Peternakan Bali Wayan Sukanadi pada keteranganya di Denpasar Bali pada Jumat kemarin. Menurut Sukanadi, sejak Januari hingga pertengahan Oktober ini jumlah kasus flu burung yang muncul di Bali mencapai 59 kasus, dengan kematian ayam akibat flu burung mencapai lebih dari 1400 ekor. Sukanadi mengungkapkan cepatnya penyebaran flu burung hingga ke 49 desa terjadi karena sulitnya melakukan pengawasan lalu lintas perdagangan unggas antar kabupaten di Bali.
Wayan Sukanadi mengatakan, "Pengalaman selama ini adalah unggas dari pasar atau misalnya adu ayam kemudian membawa sisa(nya) artinya ayam kembali ke rumah , kemudian penmbelian ayam dari pengepul atau pedagang keliling yang ada sehingga memungkinkan penyebaran penyakit flu burung."
Sedangkan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bangli mendesak kepada pemerintah pusat dan provinsi Bali untuk memberikan bantuan peralatan dan dokter spesialis dalam penanganan penyakit flu burung. Direktur Rumah sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Bangli dr. Wayan Sudiana menyampaikan bantuan peralatan yang dimaksud yaitu ruang isolasi atau perawatan dengan standar perawatan korban flu burung beserta dokter yang memiliki kompetensi dalam penanggulangan flu burung.
Lebih lanjut dr. Wayan Sudiana mengatakan, "(Ada) keinginan, rumah sakit kami juga untuk pelayanan flu burung, tentunya kami mohon bantuan sarana dan prasarana, ruang isolasi, pelatihan SDM yang ada, perlengkapan peralatan dan sebagainya, kan tidak salah kami memiliki ruang isolasi, biar pun tidak ada kasus flu burung, bisa untuk penyakit biasa."
Sudiana mengakui akibat keterbatasan peralatan dan SDM menyebabkan pihak rumah sakit sempat salah mendiagnosa 2 orang kakak-beradik yang sebelumnya meninggal akibat flu burung di RSUP Sanglah Denpasar. Dimana kedua korban didiagnosa mengalami sakit tifus. Sementara itu hingga saat ini di Bali hanya ada tiga rumah sakit yang ditetapkan sebagai rumah sakit rujukan flu burung, yaitu RSUP Sanglah Denpasar, RSUD Tabanan dan RSUD Gianyar.