TEMPO Interaktif, London - Ibu yang menderita tekanan darah tinggi pada awal-awal kehamilan, menurut hasil penelitian, berisiko melahirkan bayi cacat. Obat yang dikonsumsi wanita hamil pengidap hipertensi seperti angiotensin, pengganti enzim (ACE) inhibitor, dikenal memiliki efek racun. Obat ini berbahaya bagi janin selama umur kehamilan tiga bulan kedua dan ketiga. Penelitian ini dipublikasikan di British Medical Journal.
Para peneliti yang dipimpin Dr De-Kun Li dari Kaiser Foundation Research Institute in California berusaha mencari tahu mengapa mengkonsumsi ACE inhibitor pada trimester awal dapat menyebabkan bayi cacat. Penelitian dilakukan terhadap 465 ribu ibu dan bayi di California selama 1995 hingga 2008.
Satu di antara 200 ibu memiliki bayi dengan cacat lahir. Penelitian memperlihatkan, kebanyakan mereka yang menderita hipertensi memiliki risiko cacat bayi sekitar 1,25 hingga 5 pada tiap 800 orang. Tekanan darah tinggi meningkatkan risiko bayi memiliki cacat jantung bawaan dan cacat saraf sebesar 41 persen. Sedangkan risiko cacat serius seperti spina bifida sebesar 43 persen.
Professor James Walker, Senior Vice-President The Royal College of Obstetricians dan Gynaecologists, mengatakan penelitian ini mengurai dilema bahwa para perempuan dapat menggunakan ACE inhibitor, baik sebelum hamil atau bulan-bulan awal kehamilan tanpa rasa khawatir.
"Untuk sementara karya ini memberi tahu kita bahwa hipertensi menyebabkan sedikit peningkatan risiko cacat lahir. Namun, akan jauh lebih berisiko besar jika mengkonsumsi alkohol berlebihan dan merokok," ujar Walker.
Akan halnya dengan Profesor Alastair MacLennan, Kepala Bidang Kebidanan dan Ginekologi di Universitas Adelaide, Australia, yang mengatakan bahwa untuk mengurangi risiko tekanan darah tinggi dan diabetes di awal kehamilan, tak perlu menunda reproduksi terlalu lama sampai di atas 35 tahun.
"Yang terpenting, mereka harus menghindari obesitas jika memiliki diabetes dan mengontrol kadar gula sebelum mencoba untuk hamil," ujarnya.
THE GUARDIAN| ISMI WAHID
.png)
