Liputan6.com, New York: Stres selama kehamilan memang dapat mempengaruhi perkembangan janin. Tetapi, tingkat stres ternyata juga dapat mempengaruhi jenis kelamin dari janin yang dikandung. Ibu yang mengalami stres selama kehamilan cenderung melahirkan bayi perempuan.
Demikian hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli Amerika Serikat juga Universitas Oxford, Inggris, baru-baru ini.
Penelitian melibatkan 338 perempuan. Ditemukan, mereka yang merasa tertekan beberapa minggu atau bulan sebelum hamil, memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapat anak perempuan ketimbang anak laki-laki, Selasa (18/10).
Sebanyak 338 wanita dari seluruh Inggris yang mencoba untuk hamil, mengisi kuesioner tentang kehidupan mereka dan kehidupan seks apakah mereka merasa tertekan. Tingkat hormon stres, termasuk kortisol diukur dalam bulan-bulan sebelum kehamilan.
Dari bayi yang lahir, 58 anak laki-laki dan 72 anak perempuan. Biasanya, di Inggris 105 bayi laki-laki lahir untuk setiap 100 anak perempuan.
Di antara 50 persen dari perempuan yang memiliki jumlah kortisol tertinggi sebelum kehamilan, rasio jenis kelamin jelas condong ke anak perempuan
Para wanita yang paling stres hingga 75 persen sedikit kemungkinan untuk memiliki anak laki-laki dibandingkan mereka yang bisa menekannya, seperti yang didengarkan di konferensi di Orlando, Florida. Tingkat kortisol meningkat ketika orang stres dalam jangka panjang seperti tekanan di tempat kerja dan hubungan yang buruk.
Penemuan ini memberi makna bahwa perubahan ekonomi bisa mengakibatkan lebih banyak perempuan melahirkan bayi perempuan. Sebaliknya, dalam pergolakan semacam itu jumlah bayi laki-laki cenderung menurun.
Para peneliti mengungkapkan, dalam bulan-bulan setelah terjadinya serangan teroris 9/11, jumlah bayi laki-laki yang lahir di New York menurun. Sementara kekacauan ekonomi yang diikuti dengan runtuhnya Tembok Berlin juga menunjukkan jumlah bayi laki-laki yang jauh lebih sedikit di Jerman Timur pada tahun 1991.
Fenomena ini disebabkan oleh tingginya hormon kortisol saat ibu hamuil menderita stres. Sayangnya, tidak diketahui mengapa tingkat kortisol yang tinggi mengurangi peluang mendapatkan bayi laki-laki. Jenis kelamin bayi ditentukan oleh kromosom yang ada pada sperma laki-laki, dan ditentukan saat terjadinya pembuahan. Diduga, kadar kortisol yang tinggi membuat embrio laki-laki sulit tertanam di dalam rahim. Selain itu, janin laki-laki juga lebih rapuh dan cenderung gugur ketika kadar kortisol naik.(Dailymail/MEL)