wanita insomnia (doc. Corbis)
VIVAnews - Insomnia sering dianggap sebagai gangguan tidur biasa. Namun, jangan sampai menyepelekan dan mendiamkan bila mengalaminya. Sebuah penelitian baru menemukan, orang sulit tidur di malam hari memiliki berisiko terkena masalah jantung lebih tinggi 45 persen daripada mereka yang dapat segera terlelap.
"Gangguan tidur umum terjadi dan cukup mudah diobati," kata pemimpin peneliti Dr Lars Erik Laugsand dari Universitas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Trondheim Norwegia.
"Penting untuk menyadari hubungan antara insomnia dan serangan jantung. Sebaiknya berkonsultasi ke dokter jika mengalami gejala insomnia," katanya seperti dilansir Daily Mail.
Penelitian yang dilaporkan dalam Circulation: Journal of American Heart Association melihat risiko jantung terkait dengan tiga gejala insomnia besar ketimbang mereka yang mudah tidur di malam hari. Para penulis menemukan, mereka yang sulit tidur setiap hari dalam beberapa bulan terakhir memiliki risiko serangan jantung 45 persen lebih tinggi.
Orang dengan gangguan tidur setiap malam selama satu bulan terakhir memiliki risiko 30 persen serangan jantung lebih tinggi. Adapun orang yang bangun tidak disertai perasaan segar di pagi hari lebih dari sekali seminggu, memiliki risiko 27 persen lebih tinggi terkena serangan jantung.
Peneliti menambahkan, risiko serangan jantung makin tinggi jika semakin banyak gejala insomnia dirasakan.
Penelitian didasarkan pada 52.610 orang dewasa Norwegia yang menjawab kuesioner tentang insomnia sebagai bagian dari survei kesehatan nasional pada 1995-1997.
Peneliti lalu memeriksa catatan rumah sakit dan Data Penyebab Kematian Nasional Norwegia untuk mengidentifikasi 2.368 kematian akibat serangan jantung pertama kali selama 11 tahun berikutnya.
Para peneliti menggunakan analisis survival untuk menyesuaikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil seperti usia, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, tekanan darah, kolesterol, diabetes, berat badan, olahraga dan jam kerja.
Hasilnya menunjukkan, depresi dan kecemasan juga dapat menyebabkan insomnia. Mereka juga menemukan, 33 persen orang dalam populasi pernah mengalami setidaknya satu gejala insomnia.
Studi lebih kecil sebelumnya mengaitkan insomnia dengan masalah kardiovaskular, termasuk tekanan darah tinggi dan serangan jantung. (eh)
• VIVAnews
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.
' ); $.ajax({ type: "POST", url: "/comment/load/", data: "valIndex=" + a + "&articleId=" + b + "&defaultValue=" + c, success: function(msg){ $("#loadkomen").html(msg); //$(".balasan").hide(); } }) }