Mufidah Kalla (Antara/ Rosa Panggabean)
VIVAnews - Ketua Perhimpunan Anggrek Indonesia (PAI), Mufidah Kalla, mengaku prihatin dengan semakin maraknya hiasan bunga berbahan plastik dan kertas. Keprihatinan itu mengemuka di sela arena pameran Kebun Bunga Anggrek miliknya di Jalan Mawar Malino, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
Menurut Mufidah, kembang imitasi yang terbuat dari kertas maupun plastik memang makin marak terlihat di Indonesia. Apalagi diacara-acara resmi seperti pernikahan, seminar maupun acara-acara lainnya.
Tidak terkecuali kembang imitasi itu juga banyak dipajang di hotel, rumah, maupun tempat keramaian lainnya. "Padahal kembang imitasi justru mengancam budidaya kembang segar. Mengapa tidak memajang yang asli saja?" kata istri mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla ini, 23 Oktober 2011.
Atas dasar kecintaan terhadap kembang asli itulah, Mufidah Kalla kembali mendirikan kebun bunga di Sulawesi Selatan, tepatnya di daerah kaki Gunung Bawakaraeng. Kebun yang diberi nama Kebun Bunga Rania ini merupakan kebun kedua di Indonesia setelah mendirikan Green House di Citeko, Cisarua, Puncak, Jawa Barat.
Kebun itu didirikan diatas area sekitar 2.000 meter persegi, lebih luas dari Green House yang hanya 1.000 meter persegi. Di kebun Rania ini, Mufidah mengembangkan area yang dibagi atas dua ruang, yaitu untuk anggrek bulan dan anggrek non-bulan dengan kapasitas mencapai 20.000 populasi.
Potensi Besar
Mufidah mengatakan, pengembangan anggrek ini untuk memperindah lingkungan, rumah, gedung perkantoran, mal serta rumah sakit dengan kembang asli, bukan dengan imitasi. Sebab dengan kembang asli dan segar, membawa dampak positif pada perekonomian, budaya dan menarik wisatawan.
Apalagi, Mufidah merasa Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan kembang seperti anggrek. Sebab hutan di seluruh Indonesia merupakan penyumbang spesies anggrek alam terbesar di dunia.
Sayangnya, penduduk negara ini jauh ketinggalan dalam hal pembudidayaan sehingga spesies tersebut lebih banyak diekspor ke Taiwan dan Thailand. "Dari 25.000 spesies alam yang tersebar di berbagai negara tropis di seluruh dunia, sekitar 5.000 spesies tumbuh di Indonesia. Kesadaran masyarakat terhadap kekayaan anggrek Indonesia memang lemah," kata dia lagi.
Dengan keberadaan kebun anggrek di Malino, Mufidah mempunyai mimpi, jika daerah itu akan menjadi pusat kota bunga di Sulawesi Selatan. Kebun itu juga akan dijadikan sebagai pusat pembudidayaan anggrek serta tempat penyilangan untuk menciptakan warna anggrek yang baru.
Ia menjelaskan, anggrek memiliki bunga yang mempunyai warna dan kelopak menarik. Namun, orang telanjur mengenal anggrek hanya dalam ukuran dan warna tertentu saja. "Ke depan, masyarakat Indonesia tidak boleh lagi ketinggalan pengetahuan soal anggrek, sebab itu adalah salah satu potensi negeri ini," kata dia.(Laporan:RHA/Makassar)
• VIVAnews
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.
' ); $.ajax({ type: "POST", url: "/comment/load/", data: "valIndex=" + a + "&articleId=" + b + "&defaultValue=" + c, success: function(msg){ $("#loadkomen").html(msg); //$(".balasan").hide(); } }) }