Liputan6.com, Ohio: Bagi sebagian orang cara tepat untuk melepas stres adalah berlibur. Namun, liburan yang terlalu lama ternyata dapat memicu stres. Demikian hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli dari Universitas Cincinnati dan Universitas Baylor, Amerika Serikat, baru-baru ini.
Penelitian itu melibatkan 1.329 remaja sebagai partisipan. Mereka diminta untuk mengisi kuesioner mengenai frekuensi berlibur, banyaknya waktu luang, juga tingkat kebahagian mereka. Ditemukan, mereka yang hanya memiliki terlaku banyak waktu luang merasa tersiksa dengan keadaan mereka. Yang lebih menakjubkan lagi, tingkat stres mereka setara dengan partisipan yang memiliki terlaku sedikit waktu untuk berlibur.
"Partisipan menjadi tertekan ketika memiliki waktu luang yang kurang atau berlebih. Kunci untuk menjadi bahagia adalah di tengah-tengah dari kedua titik tersebut. Bahkan anak muda yang materialistis sekalipun membutuhkan jangka waktu yang tepat dalam berlibur untuk mencapai kebahagiaan," kata pimpinan penelitian, seperti dilansir Daily Mail, Jumat (21/10).
Kuncinya adalah keseimbangan. Manfaat mengatur waktu tidak hanya dirasakan secara langsung oleh para pelakunya, tetapi juga lingkungan sekitarnya. Para peneliti mengajurkan, mereka yang memiliki waktu luang untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi sesama. Ini tentu akan membantu mengusir stres yang timbul dari rasa bosan.(SHA)