Tak Cukup Bermodal Cantik dan Lucu

Tempointeraktif.com - Gaya Hidup
Tempointeraktif.com - Gaya Hidup
Tak Cukup Bermodal Cantik dan Lucu
Oct 27th 2011, 01:35

TEMPO Interaktif,:- Konon, Kate Moss ditemukan oleh seorang agen modeling di sebuah bandara ketika berusia 14 tahun, saat pulang dari liburan bersama keluarganya. Demikian pula model Gisele Bundchen asal Brasil. Dia ditemukan oleh agen yang kemudian melambungkan namanya saat berusia 14 tahun, ketika sedang berbelanja di sebuah mal di Rio de Janeiro, kampung halamannya.

Hampir semua model sukses umumnya ditemukan dan dipupuk sejak masih remaja dan anak-anak. Butuh sebuah ajang dan pelatihan yang menyeluruh untuk jadi model yang profesional. "Kami tidak mencari model yang cantik dan lucu, tapi model yang bisa berjalan dengan benar dan lurus," ujar Baslir Djamal, Direktur Komersial Femina Group, yang tiap tahun menggelar Festival Fashion khusus anak.

Acara ini bukan sekadar arena bagi anak-anak yang coba-coba menjadi model atau dipaksa oleh orang tuanya untuk berlenggak-lenggok ala model dewasa. "Ini ajang serius. Ini fashion week beneran karena anak diajari mulai fitting, koreografi, hingga pemilihan baju oleh stylist," ujar Baslir, beberapa waktu lalu.

Tahun ini merupakan tahun kedua Kids Fashion Festival digelar. Selama tiga hari, 25 - 27 November, sekitar 200 anak akan menjalani parade fashion di Plaza Indonesia dengan mengenakan 15 merek pakaian anak.

Menurut Baslir, festival ini tak mencari model terbaik, tetapi membuka kesempatan seluruh anak untuk dapat terlibat memperagakan pakaian di catwalk sepanjang 14 meter. Jadi, sebelum tampil, anak-anak pun harus menjalani masa pelatihan, dari cara berjalan hingga cara bergaya. "Ini event untuk mengedukasi anak, mengedukasi industri pakaian anak, dan mengedukasi orang tua," ucap Baslir.

Tenik Hartono, Chief Community Officer Majalah Ayah Bunda, mengakui acara pertama yang digelar tahun lalu memang berhasil mendidik orang tua anak. Sikap itu terlihat dalam masa pelatihan, yakni orang tua sangat dominan mengatur anak. "Terlalu banyak orang tua yang ingin anaknya berjalan bak model dewasa," ucap dia dalam kesempatan yang sama.

Para orang tua, pengasuh, saudara selalu ikut anaknya berlatih. "Sehingga anak jadi tidak mandiri dan sulit menerima arahan," Tenik menuturkan. Tapi akhirnya kendala itu bisa teratasi sehingga sekitar 120 anak sukses berjalan di catwalk tahun lalu. "Ya tetap aja ada yang nangis dan ngambek," katanya. "Itu wajar."

Tenik mengakui, gaung Kids Fashion Festival tak seperti Jakarta Fashion Week atau festival fashion lainnya. Tapi, dengan meningkatnya peminat dan merek pakaian yang bergabung tahun ini, ia menyatakan optimistis festival ini akan menjadi besar.

Apalagi festival ini digarap serius dan penuh idealisme. "Kami menggunakan standar catwalk 14 meter seperti Pitti Bimbo, pekan fashion anak di Italia," Tenik mengungkapkan. Standar tersebut merupakan bagian dari profesionalisme. "Kami juga punya misi acara ini kelak menjadi kiblat mode anak di Indonesia."

Dalam acara tersebut nantinya juga akan diperagakan 15 merek pakaian anak, yang di antaranya ada sejumlah merek lokal. Tenik mengakui minimnya merek pakaian anak membuat mereka kesulitan untuk memilih. Maka 15 merek yang terpilih merupakan hasil seleksi dari yang ada. "Kami ambil yang berkesinambungan membangun pakaian anak dan mempunyai koleksi yang solid," ujarnya.

Padahal, kalau mau berbisnis pakaian anak dengan serius, ia melanjutkan, peluang keuntungannya besar. Pasalnya, kata Tenik, "Orang tua tidak pernah mikir 1.000 kali untuk beli baju anak, tapi kalau bajunya sendiri pasti mikir-mikir."

Apalagi, Baslir menambahkan, anak-anak sekarang sudah memiliki pilihan fashion sendiri. Berdandan sporty dengan celana jins dan kaus polo pun bisa membuat anak perempuan terlihat menarik, asalkan desainnya unik. "Jadi pilihannya tidak hanya rok mini atau tutu (rok ala balerina)," ucap dia.

Sayangnya, Baslir menambahkan, mencari pilihan model dengan harga terjangkau cukuplah sulit. Contohnya di Pasar Tanah Abang, satu lantai khusus pakaian anak-anak modelnya mirip-mirip semua. "Karena itu diimpor dari Cina." Padahal, kalau mau serius, peluang industri pakaian anak besar.

Baslir mencontohkan, merek Bubble Girl dari Sebastian Gunawan. "Itu baju-bajunya sangat chic dan sambutannya luar biasa kalau fashion show," katanya. Tapi Bubble Girl tampaknya hanya bagian dari segelintir produk lokal yang memiliki brand kuat.

DIANING SARI

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.
If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions
Next Post Previous Post