TEMPO Interaktif, Jakarta - Serangan jantung tak bisa ditebak kapan dan di mana terjadinya. Serangan mematikan ini bisa menyerang siapa saja yang memang mempunyai faktor risiko seperti tekanan darah tinggi dan kandungan kolesterol berlebih.
Ahli penyakit jantung dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dr Lukman Hakim Makmun SpPD KKV KGer SpJP, membeberkan beberapa langkah penyelamatan dini untuk serangan jantung. "Kalau pakai celana sempit, dilonggarkan," ujar dia dalam diskusi hasil studi CRUCIAL pada pasien kardiovaskuler di Asia Pasifik, Rabu, 12 Oktober 2011. Kemudian pasien juga harus ditenangkan.
Dengan pasien merasa tenang, maka kinerja hormon adrenalin tidak terlalu tinggi sehingga kebutuhan oksigen pun tidak banyak. Lukman meminta agar penderita dibaringkan dan ditenangkan. "Dan tentunya segera dibawa ke rumah sakit," papar dia. Alternatif lain yang bisa dilakukan, Lukman melanjutkan, adalah membuat penderita batuk. "Kalau batuk, aliran darah ke otak jadi lebih cepat," jelas dia. Tapi batuk bukan jaminan penderita bisa selamat dari serangan jantung. "Ini hanya usaha," ia mengingatkan.
Sebenarnya, kata Lukman, ada cara medis untuk penyelamatan, yaitu resusitasi jantung dan paru. Tapi memang perlu pelatihan untuk yang akan melakukannya. Kalau di luar negeri, tak hanya paramedis yang bisa resusitasi jantung dan paru. Khusus Indonesia, memang belum terlalu banyak yang bisa. Padahal, Lukman menambahkan, harusnya orang umum bisa. Mekanismenya sederhana. Pertama, tekan dada berulang-ulang, lalu tiup mulut dan hidung penderita. Cara ini diharapkan mampu membuat penderita jantung kembali bernapas normal.
DIANING SARI