KOMPAS.com - Jika pola asuh tak sesuai dengan usia anak, kelewat mendikte, terlalu menuntut lebih, anak harus pintar dan sempurna, serta lainnya sejenis itu, akan membuat anak merasa tak nyaman dan emosi negatifnya semakin menjadi. Orangtua perlu mempraktikkan enam pilar pola asuh positif, salah satunya memahami emosi negatif anak.
Kunci memahami emosi negatif anak adalah mendengarkan keinginan anak, karena kebutuhan anak adalah keinginan didengar, dipahami, dihargai, dilindungi, dan lain-lain. Saat anak sedang marah atau mengalami emosi negatif, orangtua sebaiknya melakukan tip di bawah ini:
1. Validasi atau pahami perasaan atau emosi negatif anak. Misal, "Ayah paham perasaanmu yang sedang sedih, coba ceritakan kepada Ayah supaya kamu lega." Dengan cara ini, anak merasa didengarkan.
2. Hindari memperbaiki perasaan anak. "Ayah tidak suka wajah kamu yang merengut. Coba lihat di cermin." Tanggapan seperti ini hanya akan memblok perkembangan emosional intellegence anak. Biarkan anak mengekspresikan emosi negatifnya, tentu dengan cara yang tidak berlebihan.
3. Berikan batasan, seperti, "Ayah paham, kamu marah. Tapi kamu harus tetap menjaga diri dengan baik. Ayah sayang kamu, Nak." Tujuannya, supaya anak tidak melakukan aksi fisik, ngamuk, melempar barang, dan sebagainya.
4. Berikan pilihan dan dukungan saat anak sudah tenang. Hindari pertanyaan, "Kenapa kamu marah?" Sebaiknya, "Ayah perhatikan, kamu sedang kesal. Ada apa, Sayang?" Pun hindari menyalahkan anak saat ia mengungkapkan kekesalannya, tapi berikan dia waktu untuk menyampaikan perasaan dan pikirannya. Setelah itu, berikan dukungan kepadanya.
(Tabloid Nakita/Irfan Hasuki/Gazali Solahuddin/Hilman Hilmansyah)