VIVAnews - Rasa sakit parah pada perut dan kesulitan tidur selama berminggu-minggu membuat Kamleshwar Singh memeriksakan diri ke dokter. Para dokter terkejut, hasil rontgen memperlihatkan perut pria ini penuh dengan berbagai macam benda dari besi.
Petani ini mengakui memiliki kebiasaan aneh yang dilakukannya selama sembilan bulan. Sembunyi-sembuyi, ia menelan ratusan koin, potongan besi, baut dan kunci. Operasi berhasil mengeluarkan 431 koin, 196 potong biji besi, 17 baut dan tiga kunci. Berat keseluruhan mencapai enam kilogram.
"Dia mengunjungi kami dan mengeluh mengalami sakit perut tak tertahankan," kata Dokter Bhojram Dewangan, dari Institut Ilmu Kedokteran Shreesti di negara bagian Chhattisgarh, India.
Dia melanjutkan, semua benda dari besi tersebut berada di dasar perutnya. "Ketika mulai, kami berpikir akan menemukan sesuatu, saat operasi dilanjutkan, kami kagum karena menemukan sejumlah koin dan besi telah masuk ke ususnya. Tanda-tanda ulkus kronis sudah tampak di perutnya," katanya Dr Bhojram seperti dikutip Metro.
Singh yang memiliki masalah kejiwaan ini, akhirnya tak dapat bertahan dalam operasi. Istrinya, Kusumi, mengatakan, "Suami saya mengeluh sering sakit perut dan sulit tidur di malam hari selama empat minggu terakhir."
Tapi, tak ada keluarganya yang tahu kebiasaan Singh memakan barang dari besi. "Dia menyembunyikan kebiasaannya dari kami. Saat semakin lemah, dia tidak lagi bekerja dan bahkan tak mampu makan." (umi)
'+ ''+ ''+ ''+ 'Silahkan mengisi kode pengaman yang sesuai dengan gambar di atas.'+ ''+ ''+ ''+ '' ); clicked++; $("[id^=replyButton_]*").click(function(){ var captchaCode = $("[id^=captcha_code_]*").val(); var textReply = $("[id^=comment_2_]*").val(); if(captchaCode!='' && textReply!=''){ $('#replyAlert_' + divId).html( '' ); $('#replyBox_' + divId).remove(); var type_ = 'article'; $.ajax({ type: "POST", url: "/comment/insertReply/", data: "captcha_code=" + captchaCode + "&comment_reply=" + textReply + "&parent_id=" + divId + "&article_id=" + articleId + "&type="+ type_, success: function(msg){ $('#replyContent_' + divId).remove(); $('#replyAlert_' + divId).html(msg); } }); }else{ $('#replyBox_' + divId).html( '' ); } }); if(clicked==1){ $("[id^=replyLink_]*").click(function(){ $('#replyBox_' + divId).hide(); }); } }); } function report(username,idComment){ var captchaRefresh = Math.floor(Math.random() * 999999999); var senderUser = ''; var location = window.location; var str = 'Anda, '+senderUser +', melaporkan penyalahgunaan untuk ID : ' +username+' dengan URL artikel : '+ location +''; str += ''; str += ''; str += ''; str += ''; str += ''; str += '
Terima kasih telah mengirimkan laporan. Kami tidak bertanggung jawab atas kebenaran data yang Anda isi. Data ini tidak akan dimunculkan ke publik, namun hanya sebagai data yang akan digunakan untuk memeriksa dan menindak lanjuti permasalahan sesuai topik yang anda kirimkan.
'; jqistates = { state0: { html: str, buttons:{Submit:true, Cancel:false}, submit: function(v,m,f){ var flag = true; var e = ""; var email_status = false; m.find('.errorBlock').hide('fast',function(){ jQuery(this).remove(); }); if(v){ // validasi if(jQuery.trim(f.id_email)!=""){ var emailRegEx = /^[A-Z0-9._%+-]+@[A-Z0-9.-]+\.[A-Z]{2,4}$/i; if (f.id_email.search(emailRegEx) == 0) email_status = true; } if(email_status == false){e += "E-mail tidak boleh kosong / format email salah ";} if(f.id_problem == 0){e += "Pilih topik permasalahan anda ";} if(jQuery.trim(f.id_keterangan)==""){e += "Silakan isi keterangan ";} if(jQuery.trim(f.id_captcha_image)==""){e += "Masukkan captcha ";} if(e==""){ $.ajax({ type : "POST", url : "/comment/report_abuse/", data : "captcha_code=" + f.id_captcha_image + "&idComment="+ idComment + "&topik_masalah=" + f.id_problem + "&keterangan=" + f.id_keterangan + "&id_pelapor=" + senderUser + "&location="+ escape(location) + "&email_pelapor=" + f.id_email + "&id_terlapor=" + username, success : function(msg){ $.prompt.close() jQuery.prompt(msg); } }); //jQuery.prompt.goToState('state1'); }else{ // do noticement failure jQuery('