Shylah Silberry, hidup bersama jenazah ibundanya selama dua hari (Yahoo)
VIVAnews - Kisah bayi tiga tahun ini sungguh memilukan. Tinggal di sebuah tempat di New Zealand bersama ibunya. Cuma berdua mereka di rumah itu. Entah kenapa ibunya, Lauren Silberry yang berusia 28 tahun meninggal. Dan tak ada yang tahu, kecuali si gadis cilik ini.
Dua hari Shylah Silberry - begitu nama bayi ini - hidup dengan jenasah ibunya. Tak ada pertolongan, sebab tak ada yang tahu. Ia bertahan dengan makanan sisa keju, lasagna, dan susu. Selain jasad ibunya itu, ia ditemai boneka beruang kesayangannya.
Paman gadis cilik ini yang bernama Pete Silberry, seperti dimuat The Huffington Post, menuturkan bahwa percakapan terakhir dengan Lauren berlangsung 19 Oktober 2011. Dua hari kemudian, keluarga menelepon lagi dan meminta bantuan tetangga menegok keadaan rumah itu.
Para tetangga di situ berkisah bahwa mereka bisa melihat putri Lauren, Shylah, di dalam rumah. Namun sang ibu tak terlihat sama sekali. Lantaran tidak terlihat itu keluarga memutuskan untuk menghubungi polisi.
Setelah dibujuk membuka pintu dengan naik di atas meja, Shylah membuka pintu dan berkata pada polisi "Ibu tak mau bangun," kata Silbery. Dia menambahkan, "Saya membayangkan dia berada di samping ibunya dan mencoba membangunkannya." Setelah kejadian ini, Shylah harus dirawat di rumah sakit untuk memulihkan diri dari dehidrasi dan mengobati ruam popoknya. "Kondisinya telah membaik dan dia masih ceria. Walaupun begitu, saat kami menguburkan peti mati ibunya, ia menunjuk dan berkata 'Ibu ada di sana'. Itu menyedihkan," ujarnya.
Juru bicara kepolisian Victoria Davis mengungkap, pihak berwenang sedang menunggu hasil otopsi, namun tidak percaya kematian Lauren Silbery disebabkan sesuatu yang mencurigakan.
• VIVAnews
theblues 07/11/2011
mesakne kowe nduk cah ayu,.. :(
'+ ''+ '
'+ ''+ '
Silahkan mengisi kode pengaman yang sesuai dengan gambar di atas.'+ ''+ ''+ ''+ '' ); clicked++; $("[id^=replyButton_]*").click(function(){ var captchaCode = $("[id^=captcha_code_]*").val(); var textReply = $("[id^=comment_2_]*").val(); $.ajax({ type: "POST", url: "/comment/insertReply/", data: "captcha_code=" + captchaCode + "&comment_reply=" + textReply + "&parent_id=" + divId + "&article_id=" + articleId, success: function(msg){ $('#replyBox_' + divId).remove(); $('#replyAlert_' + divId).html(msg); } }); }); if(clicked==1){ $("[id^=replyLink_]*").click(function(){ $('#replyBox_' + divId).hide(); }); } }); }); $("[id^=moreLink_]*").click(function(){ var currentId = $(this).attr('id'); var divIds = currentId.split("_", 3); var divId = divIds[1]; var clicked = 0; $('#moreBox_' + divId).show(function(){ clicked++; $.ajax({ type: "POST", url: "/comment/moreComment/", data: "parent_id=" + divId + "&article_id=" + articleId, success: function(msg){ //$('#moreBox_' + divId).html(msg); $('#replyContent_' + divId).html(msg); //alert(msg + '-' +articleId + 'a'); } }); }); if(clicked==1){ $("[id^=moreLink_]*").click(function(){ //$('#moreBox_' + divId).hide(); $('#replyContent_' + divId).hide(); }); } }); });