KOMPAS.com - Para desainer memiliki cara tersendiri untuk mewujudkan rasa cinta tanah air dan rasa bangga akan kebudayaannya. Mereka akan menuangkan rasa cinta dan bangga tersebut melalui goresan motif dan corak busananya.
"Fashion adalah identitas seseorang untuk mengekspresikan dirinya, dan sekaligus menjadi media yang paling universal untuk mengomunikasikan dan mengenalkan kebudayaan kepada orang lain," ungkap Cristina Pineda, desainer Mexico dari brand Pineda Covalin, kepada Kompas Female, di sela acara Jakarta Fashion Week 2012, di Pacific Place, Jakarta, Kamis (17/11/2011) lalu.
Selama pagelaran pekan mode ini, terlihat beberapa desainer yang secara konsisten mengusung ciri khas dan rasa bangga mereka dalam setiap busananya.
Obin (Bin House) Josephine Werratie Komara, atau Obin, merupakan salah satu desainer yang dikenal konsisten mendedikasikan dirinya untuk berkreasi dengan kain khas Indonesia. Ia kerap memadukan indahnya batik dan kebaya dalam format yang lebih modern dan stylish. Dalam ajang ini, Obin menampilkan kreasi kebaya encim yang bergaya Bali dengan lipatan kain batik yang digunakan sebagai rok panjang.
Kebaya yang selama ini dinilai kuno, justru dimodifikasi agar punya daya tarik lebih bagi anak muda. Tak lupa Obin juga menambahkan selendang yang melekat erat dalam kebaya. Selendang ini dihadirkan dalam pola dan potongan yang berbeda, dengan tambahan draperi dan teknik lipatan serta jahitan berkerut sehingga menghasilkan selendang dengan kombinasi bentuk bunga yang indah.
Tak hanya itu, Obin yang tak ingin disebut sebagai desainer melainkan "the cloth maker" ini juga mengumpulkan berbagai koleksi kain antik dan tradisional dari penjuru Indonesia. Bahkan untuk melengkapi koleksi kainnya, sekaligus sebagai simbol nasionalismenya, Obin tertantang untuk menciptakan kain dari bahan alami Indonesia. "Butuh waktu 14 tahun untuk menciptakan kain batik kashmir agar lembut dan punya efek menjuntai yang indah," ungkap Obin.
Ghea Panggabean Ghea Panggabean yang setia mengangkat motif-motif khas Indonesia Timur juga tampil mewarnai pekan mode ini. Ghea menggunakan motif Dayak dalam balutan busananya, seperti motif berlian besar yang didominasi dengan warna-warna cerah yang menarik. Meski Ghea tak menggunakan kain yang benar-benar ditenun, namun motif-motif ini tak kehilangan daya tariknya.
Motif-motif dayak ini dibuat Ghea dalam model kain "digital print" dengan bahan sutera yang lebih ringan dan nyaman. Sebagai sentuhan pelengkapnya, Ghea juga sering menggunakan tambahan aksesori berupa bulu-bulu burung khas dayak dengan warna senada.
Oscar Lawalata (Oscar Lawalata Culture) Desainer kelahiran Pekanbaru, Riau, ini memang sudah membuktikan konsistensinya selama bertahun-tahun untuk mengeksplorasi kain-kain tradisional Indonesia. Dalam pekan mode Jakarta ini Oscar berkolaborasi dengan Justin Smith untuk menciptakan berbagai busana dan topi yang unik. Tak hanya mendapat inspirasi melalui batik dan kebaya, Oscar mengaku banyak mendapatkan ide ketika mengeksplorasi banyak kain tradisional dari Kalimantan, Yogyakarta, dan NTT. Kain-kain tradisional ini akhirnya diolah menjadi koleksi topi Justin Smith.
"Ide banyak lahir dari perjalanan kami bersama. Kami juga saling berbagi cerita mengenai negara masing-masing. Saya membuat sketsa dan memilih warna, lalu mengirim material ke Justin. Lalu Justin membuat siluet. Kami juga berkomunikasi intens, termasuk soal tekstur, warna, dan siluet," beber Oscar mengenai proses kerjasamanya dengan perancang topi asal Inggris itu.
Kepiawaian Oscar merancang batik dan kain tradisional lain dalam bentuk yang unik, menambah sentuhan modern bagi kain tradisional itu sendiri. Bagi Oscar, batik serta kain-kain tradisional Indonesia memiliki nilai seni yang sangat tinggi sehingga layak mendapat apresiasi yang tinggi dari rakyat Indonesia maupun di tingkat dunia.
Cristina Pineda-Ricardo Covalin (Pineda Covalin) Tak hanya desainer Indonesia saja yang punya rasa cinta budaya yang tinggi, Cristina Pineda dan Ricardo Covalin pun demikian. Kkeindahan alam Mexico membuat Ricardo dan Cristina memutuskan untuk memperkenalkannya ke seluruh dunia melalui goresan busananya.
Ciri khas Mexico adalah pada warna-warnanya yang cerah dan motif-motifnya yang unik, seperti motif keramik dari suku Chihuahua, motif burung, kupu-kupu, sampai bunga khas Mexico. Kedua hal ini dituangkan dengan apik oleh Pineda Covalin ke dalam koleksi busananya. Hebatnya, warna-warna cerah ini tak hanya ditujukan bagi perempuan saja, tapi juga untuk pria.
"Ada arti yang berbeda dari setiap motif dan warna, semuanya punya cerita masing-masing. Namun, warna cerah khas Mexico melambangkan keberanian dan kemandirian seseorang," tukas Ricardo.
Motif dan warna cerah khas Mexico juga menjadi signature style dari Pineda Covalin. Mereka selalu memberikan goresan dengan pewarna alami, dan sedikit sentuhan manik-manik agar busana mereka terlihat semakin indah dan anggun.