Sabtu, 26 November 2011 | 11:38 WIB
TEMPO.CO, London - Remaja yang terganggu oleh jerawat sering menghibur diri dengan keyakinan bahwa mereka akan lepas dari masalah itu saat dewasa. Namun, ternyata ada laporan bahwa ancaman jerawat tidak lepas begitu saja usai masa remaja.
Saat ini, jerawat dilaporkan telah menjadi kutukan yang menimpa perempuan sepanjang hidup mereka. Hingga hampir setengah wanita dewasa mengalami jerawatan mulai dari usia pertengahan 20-an dan 30-an.
Lebih dari seperlima wanita menghadapi kondisi itu setelah usia 25, bahkan sekalipun mereka tidak pernah mengalaminya saat remaja, menurut sebuah studi oleh ahli dermatologi.
Salah satu penyebabnya diyakini karena meningkatnya rasa stres yang dialami wanita. Stres membuat kelenjar adrenal melepaskan hormon laki-laki, yang memicu produksi minyak lebih banyak sehingga menghalangi pori-pori.
Penelitian oleh Nantes University Hospital di Prancis juga melaporkan bahwa jerawat wanita dewasa memiliki bentuk yang berbeda dibandingkan bintik-bintik remaja, meskipun penyebabnya belum sepenuhnya dipahami.
Tidak seperti remaja, yang cenderung untuk mendapatkan jerawat di sekitar zona T, hidung, dahi, dan dagu, perempuan yang melewati usia 25 mendapatkan jerawat lebih besar, sulit untuk diobati, dan lebih dalam di bawah kulit. Jerawat wanita dewasa juga cenderung lebih sporadis di mana 85 persen wanita melaporkan serangan sebelum dan selama periode haid.
Perempuan juga hingga tiga kali lebih mungkin untuk menderita jerawat dibandingkan laki-laki. Perbedaan ini kemungkinan disebabkan kulit mereka lebih sensitif terhadap aksi hormon pria di kelenjar sebaceous.
Studi juga menemukan wanita perokok mengalami jerawatan lebih sering dan lebih serius. Nikotin diyakini meningkatkan produksi sebum (sekresi setengah cair dari kelenjar sebaceous) dan menguras persediaan vitamin E, yang vital untuk perbaikan kulit.
Konsultan dermatolog, Dr Susannah Baron, dari Kent and Canterbury Hospital, mengatakan ia telah melihat kenaikan signifikan jumlah wanita yang lebih tua dengan kondisi berjerawat selama 20 tahun terakhir. "Ini saatnya untuk mengevaluasi kembali siapa saja yang mengalami jerawatan dan seberapa jauh ia mempengaruhi kehidupan wanita dewasa," ujarnya.
"Banyak pasien wanita yang saya lihat memiliki pekerjaan dengan tekanan. Menariknya, banyak dari mereka tidak memiliki jerawat yang signifikan saat remaja," ujarnya.
DAILY MAIL | EZ