Ketika Divonis Penyakit Kronis

KapanLagi.com: Woman
KapanLagi.com: Woman
Ketika Divonis Penyakit Kronis
Nov 7th 2011, 02:00

Apa yang terpenting dalam hidup Anda? Sukses, mapan dan hidup bahagia. Namun apa jadinya bila tiba-tiba Anda divonis terkena penyakit mematikan?

KapanLagi.com - Bak halilintar di siang bolong, dunia pun runtuh dalam sekejap. Nah, bagaimana Anda berdamai dengan kenyataan buruk itu?

Kenyataan buruk dapat terjadi kapan saja dan musibah datang silih berganti. Manusia sebagai lakon utama harus memainkan berbagai peran untuk mengimbanginya. Namun tidak semudah yang diucapkan. Sisi batin serta kekuatan jiwa seorang manusia menjadi taruhan saat berhadapan dengan kenyataan buruk.

Kondisi kejiwaan seseorang berbeda antara satu dan yang lainnya. Ada yang mudah menerima kenyataan buruk namun ada juga yang limbung bahkan terpuruk dalam dilema panjang. Malah beberapa di antaranya ada yang mengakhiri hidupnya alias bunuh diri.

Kenali Lima Fase

Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki respon yang berbeda-beda. Rasa sedih dan takut seringkali mendominasi. Rasa ini adalah manusiawi, karena datang secara tiba-tiba dan Anda tidak siap. Namun tingkat rasa sedih dan takut yang berlebihan tidak baik bagi seseorang.

Menurut Dr. Elisabeth Kubler Ross, Psikiater dan penulis buku On Death and Dying ada lima tahapan yang akan dialami oleh seseorang ketika mengalami kenyataan buruk atau tragedi yang menyakitkan. Tahapan awal, adalah Denial yakni fase saat seseorang mengalami shock pada awalnya. Dan reaksinya adalah menolak kenyataan yang ada. "Aaah tidak mungkin saya mengalaminya, atau saya merasa sehat saja masih bisa beraktivitas kok," urai dr. Sylvia D Elvira SpKJ (K).

Sedangkan fase kedua adalah Anger. Rasa marah pada kenyataan yang ada. Terkadang terlintas dalam pikiran Anda, 'mengapa harus saya yang mengalaminya? Mengapa bukan orang lain? Bahkan Anda bisa marah pada Sang Pencipta. Jelas sikap ini berbahaya.

Bargaining adalah fase ketiga. Di sini, Anda mencoba menawar kenyataan yang ada. Misalnya, bila Anda sakit kemudian sembuh Anda berjanji akan mengubah sikap dan perilaku misalnya jadi rajin shalat.

Depression adalah yang keempat yakni saat Anda merasa cemas dan takut karena banyak hal yang akan dikorbankan. Misalnya, keluarga tercinta, anak-anak yang masih kecil. Tak heran akan muncul rasa pesimis, putus asa dan tak berguna.

Acceptance adalah fase terakhir ketika seseorang akhirnya dapat menerima kenyataan buruk tersebut, mau tak mau. Setelah fase ini biasanya Anda dapat melanjutkan kehidupan lagi. Menurut Dr. Sylvia Detri Elvira SpKJ (K), fase akan berbeda pada setiap orang. Ada yang masuk fase awal saja. Namun ada juga yang langsung masuk fase acceptance. "Situasi ini tergantung dari karakter dan pengalaman hidup seseorang," papar Dr. Sylvia saat ditemui FITNESS di RSCM, Jakarta. Namun tak jarang, ada juga yang telah masuk fase acceptance malah balik lagi ke fase awal. Semua itu tergantung pada kepribadian dan lingkungan tidak mendukung, hal tersebut dapat saja terjadi.

Selain itu, pengalaman hidup seseorang akan menentukan seberapa kuat dia dapat bertahan. "Untuk itu diperlukan keseimbangan pengalaman hidup yang buruk dan pengalaman hidup yang baik. Karena masalah yang datang sebenarnya memberikan pelajaran hidup dan memperkaya jiwa seseorang," ungkapnya. Faktor lain adalah perkembangan pribadi, genetik dan masa adaptasi seseorang. "Perkembangan pribadi pada masa kanak-kanak akan berpengaruh pada saat ia menjadi dewasa," tandasnya.

Dukungan Keluarga, Penting!

Salah satu cara agar Anda siap menerima kenyataan buruk adalah harus memiliki motivasi hidup. Semangat dan percaya diri mampu melewati kenyataan buruk adalah yang utama. Misalnya, motivasi agar dapat membesarkan anak-anak juga menemani suami tercinta adalah motivasi besar Anda. Atau Anda ingin melakukan kegiatan sosial. Untuk itu, segera buat agenda untuk mencapai motivasi itu. Misalnya, bila Anda sakit segera lakukan pengobatan.

Dukungan penuh keluarga dekat juga berpengaruh. Misalnya pada wanita yang divonis kanker payudara dan kanker rahim. Pengobatan yang dilalui misalnya operasi dan kemoterapi secara langsung akan berpengaruh ke body image atau citra diri. "Maka pasangan hidup harus memberikan semangat dan rasa percaya diri bahwa hal itu tidak melunturkan kasih sayang yang sudah terjalin," tutur Sylvia yang pernah divonis kanker payudara. Penerimaan dari orang terdekat memberikan kekuatan besar bagi Anda.

Intinya, semua hal yang sifatnya menguatkan dan positif berikan saja. Selain itu, keluarga dapat membaca fase yang dialami, sehingga tidak terjadi pergesekan dan berdampak buruk bagi penderita. "Perhatian yang besar dan mencoba memahami perasaan yang sedang dialami adalah cara terbaik. Bila penderita sedang dalam fase marah maka biarkan ia lampiaskan rasa marah. Berikan ia waktu sejenak untuk merasakannya," papar Sylvia. Mungkin itu akan lebih baik baginya baru kemudian diarahkan kembali. (Fitness/bee)

Source: Fitness Edisi Oktober 2011, Halaman 83

Provided by:

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.
If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions
Next Post Previous Post