Tantangan Bisnis Kecantikan Berskala Internasional

KOMPASfemale
KOMPASfemale
Tantangan Bisnis Kecantikan Berskala Internasional
Nov 22nd 2011, 04:44

KOMPAS.com - Di Indonesia, produk skincare menggunakan bahan alami boleh jadi mudah ditemui. Banyak produk lokal yang menuai sukses dari pengolahan bahan alam untuk dijadikan produk kecantikan berkemasan praktis dan menarik perhatian.

Di Amerika Serikat, Metta Murdaya mengambil celah bisnis produk perawatan kulit alami, aman, lembut dengan wangi natural yang tak ditemui di sejumlah produk serupa di sana. Melalui label Juara, Metta dan ketiga rekannya, mengenalkan produk skincare berkonsep natural terinspirasi dari jamu Indonesia, diracik dengan pemanfaatan teknologi canggih.

Nama Indonesia, juga bahan-bahan alami yang segar dan banyak ditemui di Indonesia, seperti kunyit, kemiri, asam jawa, semakin dikenal namun dengan kemasan berbeda, yakni melalui produk Juara yang praktis dan dikemas elegan memenuhi selera pasar kalangan high end. Juara berhasil dipasarkan melalui lebih dari 100 butik, toko, hotel, resort, spa di Amerika dan Kanada.

Bermitra Metta selaku President Juara, bersama rekannya, Tami Chuang (Vice President Juara - International Development), Yoshiko Roth (Vice President Juara - Sales & Training), Jill Sung (Vice President Juara - Clinical Director) mendirikan Juara pada 2004 bukan tanpa tantangan. Membangun bisnis dengan bermitra, dan membagi tugas sesuai keahlian mengawali kesuksesan Juara berkiprah di industri kecantikan internasional.

"Berbisnis dengan bermitra harus kompak, memiliki visi yang sama, ada kepercayaan antar teman, saling menghargai. Kalau pun ada perbedaan pandangan tetap ada batasannya, dengan tetap menghargai peran masing-masing, tidak saling mencampuri peran yang sudah ditetapkan," jelas Metta kepada Kompas Female di sela kegiatan private shopping di Jakarta bersama label fashion Ardistia New York milik Ardistia Dwiasri, beberapa waktu lalu.

Juara lahir dari ide Metta. Perempuan kelahiran Jakarta dan telah menetap di Amerika sejak belia ini kemudian mencari partner yang tepat, karena memang ia tak memiliki latar belakang di bidang kecantikan. Pengalaman bekerja di level manager di sejumlah perusahaan besar memang mengasah kemampuannya untuk menjalankan bisnis. Namun dari segi pengembangan produk, meracik produk kecantikan dari bahan alami, bukan menjadi keahliannya. Inilah pentingnya bermitra.

"Mencari mitra bisnis juga harus dengan pertimbangan kepribadian yang cocok," jelas Metta yang memilih teman-teman semasa kuliah sebagai mitra bisnisnya.

Modal keuangan menjadi pertimbangan berikutnya. Namun yang juga tak kalah penting dalam membangun bisnis adalah etiket bekerja yang jelas serta sikap saling menghargai. Dengan berbagai modal dan persiapan matang, termasuk riset hampir satu tahun penuh, Juara diluncurkan pada 2005. Tantangan Banyak tantangan dalam melahirkan produk baru, unik dan berbeda di pasar Amerika. Apalagi ketika produk diterima pasar dan mampu bersaing dengan produk lama yang telah lebih dahulu populer dan memiliki pelanggan setia. Metta menyebutkan sejumlah tantangan mengembangkan Juara di Amerika.

1. Kompetisi pasar menjadi tantangan utama. Meski bagi Metta, kompetisi dalam bisnis merupakan hal normal. Fokus untuk melakukan yang terbaik, meningkatkan kualitas, dan fokus pada energi positif menjadi kiat sukses Juara dalam menghadapi kompetisi. Realisasinya, Juara hadir dalam kemasan lebih menarik dan unik, memilih batik sebagai kemasan luarnya.

"Kemasan batik mulai diaplikasikan 12-14 bulan setelah Juara diluncurkan," jelas anak pertama dari empat bersaudara ini.

2. Tren pasar. Juara memberanikan diri memberikan pilihan produk perawatan kulit untuk perempuan. Padahal, belum banyak orang teredukasi dengan baik mengenai skincare.

"Tidak semua orang peduli dengan kulitnya. Jepang yang lebih peduli dengan skincare," tutur Metta.

Meski begitu, Juara tetap tampil mensejajarkan diri di barisan skincare merek internasional dan terbukti mampu memikat hati pelanggan. Metta mengakui, kesulitan memasarkan skincare semakin terasa saat krisis mendera Amerika dan Eropa. Harga skincare yang cenderung lebih tinggi, membuat konsumen berpikir ulang untuk merawat kulit dengan produk skincare.

"Popularitas skincare naik, namun daya beli rendah," kata Metta yang mengaku sempat mengalami penurunan penjualan saat resesi, selama tiga tahun hingga 2009.

3. Distribusi. Pendistribusian produk juga menjadi tantangan berbisnis skincare di pasar internasional. Produk berkualitas bukan satu-satunya penentu kesuksesan. Faktor timing yang tepat dan selera juga turut menentukan.

"Butuh timing untuk mengenalkan produk ke berbagai toko atau butik, jadi jangan pernah menyerah. Kalau timing bagus, produk bisa langsung masuk. Ketidaksiapan butik atau toko juga bisa menjadi penyebab lainnya. Selain ada juga karena unsur selera. Ada toko yang hanya mau menerima produk yang sudah populer dan terkemuka," jelas Metta.

4. Sumber daya manusia. Sumber daya manusia di balik pembuatan sebuah produk punya peran penting. Anda perlu memastikan produk dapat dihasilkan secara konsisten. Konsistensi inilah yang menentukan reputasi sebuah produk, apalagi produk baru yang sedang meretas jalan menggaet pelanggan.

"Terkadang orang tidak bisa membedakan kualitas, mana yang baik mana yang tidak. Reputasi lah yang juga menentukan. Jika produk tersebut memiliki reputasi bagus, orang akan memilihnya," tutur Metta.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.
If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions
Next Post Previous Post