Unsur Mistis dalam Megahnya Penutupan JFW

KOMPASfemale
KOMPASfemale
Unsur Mistis dalam Megahnya Penutupan JFW
Nov 20th 2011, 15:49

KOMPAS.com - Jakarta Fashion Week 2012 berakhir pada Jumat (18/11/2011) lalu. Dalam malam penutupan, lima desainer yang tergabung dalam gelaran Dewi Fashion Knights menampilkan pertunjukan yang sama sekali berbeda. Unsur mistis, peperangan, mitologi kuno, menghiasi panggung dari satu desainer ke desainer lain. Busana-busana yang ditampilkan pun sebagian besar bukan busana siap pakai.

Auguste Susastro mungkin satu-satunya desainer yang menampilkan koleksi busana siap pakai pada malam penutupan yang berlangsung di Fashion Tent, Pacific Place, Jakarta itu. Misalnya koleksi busana dengan paduan blazer yang menjadikan dalamannya tampil berbeda jika blazer dilepas. Selain paduan blazer untuk busana kerja, Auguste juga menyiapkan busana-busana yang senada dengan tema "Restu Bumi".

Pemilihan bahan dari serat alam adalah cara Auguste untuk menunjukkan kepedulian kepada lingkungan. Restu Bumi adalah persembahan untuk bumi dan lingkungan, dimana Auguste banyak menggunakan bahan sutera linings (non sintetik), sutera organza, dan serat nanas, yang aman bagi lingkungan.

Jika Auguste fokus kepada pemanfaatan bahan-bahan alam, Sebastian Gunawan (Seba) justru bermain dengan batik garut. Batik yang penuh warna ini dimanfaatkan Seba untuk membuat atasan atau bawahan dengan siluet-siluet sederhana karena motif dan warna kainnya sendiri sudah ramai. Jika membuat batik garut untuk bawahan celana panjang misalnya, ia hanya menambahkan atasan putih polos dengan sedikit volume dari lipatan di bagian perut. Atau jika atasannya adalah kain garutan, maka bawahannya bisa ditambahkan legging dengan warna senada yang mencolok. Seba juga membuat gaun panjang one shoulder yang hanya terbuat dari satu lembar kain. Ini bisa jadi inspirasi Anda untuk padu-padan batik yang ramai dan penuh warna.

Lalu Sally Koeswanto dengan tema "Love, Passion, and Lust" menampilkan koleksi busana yang sangat feminin, dengan menonjolkan tubuh pemakainya. Mayoritas rancangan Sally serba pendek, bahkan jika panjang pun akan ditemukan belahan yang tetap memancing tubuh wanita tetap terlihat. Untuk pemilihan motif, Sally terinspirasi dari phoenix atau burung api yang berasal dari legenda kuno Cina. Phoenix dalam mitologi Cina disebut fenghuang, yakni salah satu mahluk legendaris yang biasanya digunakan untuk menggambarkan Ratu dan Wanita. Phoenix mempunyai konotasi yang positif, yakni kebaikan, kemuliaan, cinta, dan kebahagiaan. Unsur-unsur ini dijadikan siluet dalam seluruh koleksi busananya.

Berbeda dengan koleksi desainer lainnya, Sapto Djokokartiko memukau penonton dengan koleksi busana yang bernuansa mistis. Dengan tema "Sang Raden Girah", Sapto mengangkat cerita legenda asal Bali. Sapto merepresentasikan sisi mistis Bali yang belum banyak disentuh orang lain. Elevasi gaya yang dicari oleh desainer ini adalah untuk memperlihatkan sebuah koleksi yang terfokus pada volume. Beberapa busana yang tampil dalam peragaan busana bahkan ada yang dibuat dalam waktu dua bulan.

Koleksi ini juga merefleksikan tradisi Bali dalam setiap detail, dari renda yang memperlihatkan ukiran relief yang sering ditemukan di Pulau Dewata, lemah gemulai bahan netting yang memperlihatkan gerakan tarian Bali, serta bahan-bahan sequin yang memperlihatkan semangat modern yang kini dimiliki Bali. Hal lainnya adalah tekstur tali tambang, paku, dan rambut yang menjadi ciri khas Bali.

Tex Saverio menutup peragaan busana dengan koleksi busana yang lagi-lagi bercerita. Perancang jebolan Lomba Perancang Mode ini menceritakan tentang suasana peperangan antara kebaikan dan kejahatan. Tex menggunakan artisan ukir yang biasanya digunakan untuk dekorasi rumah, dan dimasukkan ke dalam busana-busananya. Perbedaan koleksinya kali ini dari koleksi sebelumnya adalah bagaimana ia berusaha mengurangi volume pada pakaian dan melakukan permainan material yang kontradiktif dengan pengembangan teknik.

Penutupan Jakarta Fashion Week 2012 jika dilihat dari koleksi busana, tema-tema yang diangkat para desainer, musik, dan koreografinya, memang sengaja dibuat sebagai bentuk seni dari sebuah selebrasi. Dengan tema utama "Celebrating Woman", penutupan JFW 2012 memang disuguhkan sebagai sebuah pertunjukan bagi pecinta fashion, yang ingin melihat sesuatu yang megah, berseni, dan menampilkan imajinasi kreatif para desainer. Lupakan sejenak busana-busana siap pakai, dan para tamu undangan menikmati pertunjukan dengan riuh tepuk tangan menyaksikan busana-busana "tidak biasa" yang disuguhkan lima desainer tersebut.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.
If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions
Next Post Previous Post