Menurut WHO, langkah ini akan membuat biaya pengobatan lebih murah dan terjangkau, sehingga membuat lebih banyak penderita pneumonia yang bisa diselamatkan.
Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak-anak di seluruh dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan seorang anak meninggal akibat pneumonia setiap 20 detik dan 98 persen kematian itu terjadi di negara-negara berkembang.
WHO memperkirakan, secara keseluruhan hampir 1,5 juta anak balita meninggal setiap tahun akibat penyakit mematikan ini. Jumlah itu lebih besar dari jumlah kematian akibat AIDS, ditambah malaria dan TBC sekaligus. Penelitian menunjukkan, pencegahan dan pengobatan yang tepat bisa menghindari satu juta kematian anak akibat pneumonia setiap tahun.
Aliansi GAVI mengatakan vaksin penyelamat nyawa melawan pneumonia, yang selama ini tersedia terutama di negara-negara kaya, kini sedang diperkenalkan di negara-negara berkembang. Jurubicara GAVI, Jeffrey Rowland, menyebut hal itu prestasi luar biasa. Ia mencatat, tahun lalu, hampir tidak ada anak miskin di negara berkembang yang divaksinasi pneumonia.
"Pneumokokus adalah bakteri penyebab utama pneumonia. Berkat peluncuran vaksin pneumokokus secara global, 3,6 juta anak telah diimunisasi. Tahun depan, jumlah itu diperkirakan meningkat menjadi hampir 13,6 juta. Angka itu luar biasa dan patut dirayakan karena tahun lalu angka itu tidak ada," kata Rowland.
Vaksin pneumokokus telah ada di Amerika sejak tahun 2007. Tetapi, orang di negara-negara miskin tidak bisa mendapat vaksin tersebut karena mahal. Dibutuhkan tiga dosis untuk melindungi anak dari pneumonia. Harga setiap dosis antara 85 hingga 110 dolar.
Tetapi vaksin bukan segalanya. Anak-anak penderita pneumonia harus diobati dengan antibiotik. Sayangnya, banyak anak di negara-negara miskin tidak mampu memperoleh fasilitas kesehatan yang bisa menolong mereka.
Hasil penelitian WHO di Pakistan mendapati kebanyakan anak penderita pneumonia, bisa dirawat di rumah. Jurubicara WHO Olivia Lawe-Davies mengatakan temuan ini memberi harapan besar.
Sekarang ini, WHO merekomendasikan agar anak-anak penderita pneumonia yang tidak parah dirawat di rumah. Hasil penelitian baru-baru ini menunjukkan anak-anak yang terkena pneumonia parah juga bisa dirawat di rumah.
Lawe-Davies mengatakan, WHO berencana melakukan penelitian serupa di tempat-tempat lain. Jika hasilnya menunjukkan anak-anak penderita pneumonia berat bisa dirawat di rumah, itu akan membuat biaya pengobatan lebih murah dan terjangkau, dan akan lebih banyak menyelamatkan nyawa.