KOMPAS.com - Peragaan busana Langgam Tiga Hati menunjukkan sekaligus membuktikan, bagaimana busana sarat tradisi tampil lebih inpiratif, dengan sentuhan modern, mengikuti kebutuhan kekinian.
Kebaya, batik, busana cheongsam, lengkap dengan kain tradisional, ditampilkan lain dari biasa, tanpa meninggalkan akar budaya dan pakem terutama dalam berkebaya. Tiga maestro busana Indonesia berada di baliknya.
Mereka adalah Obin Komara dengan label BINhouse, Ghea Panggabean yang mengenalkan lini barunya Ghea Couture, serta Eddy Betty yang menghadirkan dua labelnya, Edbe untuk siap pakai dan Eddy Betty untuk koleksi couture.
Edbe Eddy Betty, menghadirkan 20 set busana siap pakai koleksi terbarunya. Edbe "Loves Batik Kudus" menjadi tema besar pagelaran busana persembahan Djarum Apresiasi Budaya ini.
Sepanjang 2011 dan berlanjut pada 2012 nanti, Djarum berkomitmen mengangkat batik Kudus dengan menggandeng desainer ternama. Jika sebelumnya Barli Asmara yang berkesempatan mengolah batik Kudus menjadi busana siap pakai, kali ini Eddy Betty yang mendapatkan kehormatan ini.
Lagu keroncong Pasar Gambir yang dilantunkan penyanyi cilik dari drama musikal Laskar Pelangi, Christoffer Nelwan, Kanya, Hilmi Faturrahman, dan Sheila Hasto, mengiringi peragaan busana Edbe dengan suasana riang, segar, kental budaya.
"Saya menampilkan 20 set koleksi Edbe, lini siap pakai dari Eddy Betty, dengan material batik Kudus. Busana batik ditampilkan dengan gaya Harajuku dan kesan tabrak lari. Saya ingin menampilkan bahwa berbusana batik juga bisa fun dan menjadi kebanggaan anak muda," kata Eddy Betty saat jumpa pers perhelatan akbar, Sariayu Bazaar Fashion Celebration 2011-Langgam Tiga Hati, di Jakarta, Selasa (13/12/2011) lalu.
Busana batik untuk perempuan dan laki-laki dihadirkan Eddy Betty dengan konsep segar dan modern. Model terusan maupun busana two-three pieces menjadi pilihan berbusana etnik yang unik untuk perempuan. Sementara untuk laki-laki, Eddy merancang celana batik pendek berkesan trendi dengan padu padan motif dan warna batik Kudus yang cerah.
Eddy berani memainkan motif baik dalam cutting maupun padu padan atasan dan bawahan dalam rancangannya. Tabrak warna ala Eddy justru memberikan kesan khas pada busana siap pakai rancangannya ini. Ghea Panggabean Ghea Panggabean memenuhi janjinya untuk menghadirkan drama dalam pagelaran busana tiga babak bernuansa oriental. Koleksinya terinspirasi dari pesona Oei Hui Lan, putri Raja Gula Asia Tenggara dari Semarang. Kematian Oei Hui Lan yang tragis, dengan bunuh diri, diterjemahkan Ghea menjadi konsep pagelaran busana yang kental dengan suasana dramatis.
Ghea, yang mengaku kali pertama mengadakan pagelaran busana diiringi lagu keroncong secara live, menghadirkan 20 set dari koleksi terbarunya. "Busana bernuansa modern kontemporer, menggunakan motif baru berkesan muda, segar, dan trendi," kata Ghea mendeskripsikan singkat mengenai rancangannya.
Dengan iringan musik orkestra pimpinan Erwin Gutawa, membawakan lagu Chrisye, Zamrud Katulistiwa, koleksi busana berbahan sutera rancangan Ghea satu persatu memenuhi panggung megah kreasi Jay Subijakto.
Ghea memilih warna cerah yang lembut seperti hijau, kuning, pink. Romantisme dimunculkan Ghea dengan busana cheongsam yang hadir dalam ragam pilihan. Seperti busana terusan, juga two pieces, yang kental dengan pengaruh budaya China. Termasuk pada bordir dan sulam warisan budaya peranakan.
Ia juga banyak menampilkan busana terbuka, termasuk busana cheongsam model backless atau belahan samping yang mengesankan seksi namun tetap elegan.
Alunan lagu Chrisye yang dilantunkan Bunga Citra Lestari, menandai perpindahan sekuen di peragaan busana Ghea Panggabean. Di babak kedua, Ghea menampilkan rancangan busana dengan motif keramik China. Lagi-lagi, Ghea menampilkan busana dengan potongan terbuka, tanpa meninggalkan kesan elegan yang menjadi ciri khas garis rancangnya.
Pertunjukkan busana dengan drama semakin terasa saat Ghea menghadirkan busana cheongsam dari bahan belundru, didominasi warna hitam. Motif naga banyak dimunculkan Ghea, sebagai caranya menyambut pergantian tahun 2011 ke tahun naga 2012.
Selain beludru, Ghea juga menggunakan sulam emas prada untuk merancang busana berkesan etnik modern berwarna keemasan. Untuk paduan beludru, Ghea mengombinasikan dengan bahan tulle, di bagian punggung, yang sekilas memberi kesan busana backless. Namun jika diperhatikan, bahan tulle di bagian punggung bergambar tato.
"Saya menggunakan bahan tulle dengan tato, termasuk tato naga yang menjadi simbol keberuntungan menyambut tahun 2012, tahun naga," katanya saat ditemui Kompas Female seusai pagelaran busana.
Bagi Ghea. busana rancangannya di segmen ketiga ini ditujukan untuk perempuan yang fashionable, percaya dini dan mengapresiasi fashion. "Orang yang mengapresiasi fashion akan berani tampil dan percaya diri," katanya. OBINhouse Obin menampilkan 15 set busana yang tak kalah pesonanya. Kebaya dan kain menjadi penampilan khas ala Obin untuk perempuan yang ingin mengapresiasi budaya tradisi dengan cara menyenangkan.
Cutting jas pada kebaya menjadi rancangan signature Obin di pagelaran busana Langgam Tiga Hati. Ia juga menggunakan embroidery dengan teknik tripping dan stitching untuk memperkuat tekstur dan karakter kain.
Potongan asimentris pada kebaya menampilkan gaya busana tradisional dan modern. Ia seakan memberi pesan, perempuan bisa tampil segar dan menyenangkan dengan kebaya. Soal warna, semua ada. Tak hanya warna terang yang ceria, seperti pink atau oranye, Obin juga menghadirkan jas-kebaya berwarna netral dan hangat.
Eddy Betty Kebaya rancangan Eddy Betty menuntaskan pagelaran busana Langgam Tiga Hati. Kebaya menjadi keahlian Eddy. Perancang lulusan sekolah adibusana di Perancis ini menampilkan kebaya menyesuaikan dengan selera fashion internasional.
Kecantikan kebaya nampak lebih anggun dan mewah dengan padu padan luaran cape juga capuchon, juga syal dan penghangat tangan berbahan bulu.
"Nuansa western dalam rancangan kebaya saya terinspirasi oleh Liz Taylor. Selain juga menyesuaikan dengan kebutuhan musim dingin," kata Eddy seusai pagelaran busana.
Melalui rancangan kebaya ala Eropa, Eddy punya misi, bahwa kebaya dapat menjadi kebanggaan Indonesia saat dikenakan di berbagai perhelatan internasional. Inspirasi berkepada ala Eddy Betty di Langgam Tiga Hati contoh aplikasinya. Caranya, kebaya tradisional yang patuh pada pakem dalam pembuatannya, menggunakan kain tenun tradisional karya Baron Manansang, dikombinasikan dengan luaran cape dan syal bulu bergaya internasional.
"Bayangkan jika ibu negara memakai kebaya tradisional dengan pelengkap baju hangat atau penghangat dari bulu," katanya, menggambarkan bagaimana cara kebaya tampil di panggung dunia, dengan gaya internasional, dan menyesuaikan kebutuhan dunia.
Mengenakan kebaya dengan cape dan syal bulu sebagai penghangat, tentunya dapat menjadi tren atau gaya berpenampilan yang tepat dikenakan di sejumlah negara empat musim.
Keanggunan dan kemewahan kebaya berwarna lembut dengan permainan gradasi warna, pertemuan timur dan barat ala Eddy Betty, mengakhiri alunan musik keroncong dan gaya, Langgam Tiga Hati.
Suara khas penyanyi keroncong kebanggaan negeri, Sundari Soekotjo menambah syahdu pertunjukkan kolaborasi musik dan fashion, dalam satu panggung untuk tiga maestro fashion Indonesia.