Aspirin selain bisa menurunkan demam panas dan mengurangi rasa nyeri, juga bisa menyebabkan perdarahan pada dinding usus besar dan usus halus. Para peneliti mengatakan jika dikombinasikan dengan obat lain, resiko perdarahan bisa berkurang. Saat ini orang meminum aspirin untuk mengurangi resiko terkena serangan jantung.
Banyak orang minum aspirin untuk mengurangi resiko terkena serangan jantung atau stroke akibat penggumpalan darah. Darah yang menggumpal bisa menghambat peredaran darah ke jantung atau otak dan bisa menyebabkan serangan jantung atau stroke. Para peneliti mengatakan aspirin mencegah sel-sel darah yang disebut platelet menyatu dan menggumpal.
Lawrence Craven, seorang dokter dari California melihat gejala ini pertama kalinya enam puluh tahun lalu. Ia mengamati anak-anak yang diberi pil aspirin untuk mengatasi rasa sakit setelah menjalani operasi biasa, mengalami perdarahan yang tidak biasa.
Craven percaya perdarahan itu terjadi karena aspirin menghambat pengentalan darah. Menurutnya, gejala ini bisa membantu mencegah serangan jantung yang disebabkan penggumpalan darah. Ia mengajak peneliti lain untuk membuktikan teori tersebut.
Charles Hennekens dari Sekolah Kedokteran Harvard memimpin salah satu studi itu. Tahun 1983 ia memulai studi atas 22.000 lebih dokter laki-laki sehat yang berumur diatas 40 tahun. Separuhnya minum aspirin setiap dua hari, yang lainnya minum placebo yang mereka kira adalah aspirin.
Lima tahun kemudian Dokter Hennekens melaporkan mereka yang minum aspirin berkurang resikonya terkena serangan jantung, namun mereka memiliki resiko lebih tinggi terkena perdarahan otak dibandingkan dokter-dokter yang minum placebo.
Tahun 2009, sekelompok ahli meneliti aspirin atas permintaan pejabat-pejabat kesehatan federal Amerika. Para ahli itu mengatakan orang yang beresiko lebih besar terkena serangan jantung harus minum aspirin dengan dosis rendah setiap hari.