Liputan6.com, London: Berjemur di pagi hari, selain mengandung vitamin D yang baik bagi kesehatan tulang, ternyata bisa digunakan untuk mencegah penyakit cacar air. Para ahli mengaku paparan sinar matahari dapat membantu menghambat penyebaran virus tersebut.
Peneliti dari Universitas London, Inggris, telah menemukan fakta bahwa aktivitas virus penyebab cacar akan berkurang seiring dengan tingkat paparan sinar matahari yang tinggi. Dengan kandungan panasnya, sang virus bisa berhenti bergerak pada kulit. Namun para ahli tak menampik bila ada faktor lain yang bisa membuat virus itu bisa berkembang.
"Sinar matahari telah lama dikenal untuk menghentikan virus," ujar Dr Phil Beras, dari, St George Universitas London, yang memimpin penelitian ini. Dirinya yakin bahwa kondisi ini memegang kunci bila cacar air mudah ditularkan pada warga yang tinggal di negara tropis.
Virus cacar yang disebut varicella zoster sangat mudah menyebar melalui batuk dan bersin dalam tahap awal infeksi. Dalam risetnya, peneliti itu memeriksa data dari 25 riset sebelumnya yang terjadi pada virus varicella-zoster di berbagai negara seluruh dunia. Hasil ini kemudian dipisah berdasarkan berbagai faktor dan iklim.
Hasilnya, dalam riset tersebut menunjukkan adanya hubungan yang jelas antara tingkat paparan matahari dan meratanya virus cacar air. Namun, Dr Beras menemukan bahwa sinar matahari sebenarnya jauh lebih rendah dibanding dengan musim hujan.
Profesor Judy Breuer dari University College, London, Inggris, mengatakan bahwa sinar matahari juga dapat berkontribusi pada perbedaan penderita cacar air di daerah tropis dan subtropis. " Ada faktor lain yang perlu dipertimbangkan," ujarnya pada BBC, Senin (19/12).
Dirinya menganggap bahwa faktor kelembaban, kepadatan penduduk, dan faktor sosial lainnya menjadi hal yang tak boleh ditampik dari penyebab penyakit ini. "Ini sangat mungkin bahwa UV berpengaruh, tapi kami tidak memiliki bukti kuat yang menunjukkan sejauh ini terjadi," ujar sang profesor ragu. (MEL)